Hisab Arah Qiblat (2 )
Bayang Bayang Qiblat ( Rashdul Qiblah )
Teori Bayang Bayang Qiblat (Qiblat Day) itu
ada dua macam : Tahunan dan Harian.
Rashdul Qiblah Tahunan yang kita sebut
“Istiwaul A’dham” juga ada dua jenis :
- 28 Mei ( 23:18 GMT / 16:18 WIB) dan 16
juni ( 23:27 GMT / 16:27 WIB)
- 28 November ( 04:09 WIB ) dan 16
Januari ( 04:29 WIB)
Pada 28 Mei dan 16 Juni , semua bayangan benda tegak di
muka bumi ini akan lurus dengan arah Ka’bah dengan pangkal bayangan mengarah ke
Ka’bah ( membelakangi Ka’bah). Karena di saat itu posisi Matahari pas berada
tegak lurus di atas Ka’bah (Zenit). Pada saat itu, nilai azimuth matahari sama
dengan nilai azimuth lintang geografis sebuah tempat maka di tempat tersebut
terjadi Istiwa Utama yaitu melintasnya matahari melewati zenith. Dalam bahasa
sederhana Istiwa Utama adalah saat Dhuhur di mana nilai deklinasi matahari sama
dengan lintang tempat
Pengukuran Qiblat dengan Rashdul Qiblah Tahunan hanya
bisa dilakukan di bagian bumi yang mendapatkan sinar Matahari pada saat itu. Tidak semua wilayah bisa memanfaatkan fonemena Istiwaul A’dhom yang
terjadi di kota Makkah ini. Penentuan qiblat pada saat Qiblat Day ini hanya
bisa digunakan oleh kaum muslimin dari tiga benua yaitu Asia, Afrika dan Eropa,
sementara Amerika dan Australia tidak bisa memanfaatkan momen ini karena pada
saat tersebut di Amerika matahari belum terbit dan di Australia matahari sudah
tenggelam di ufuk barat. Wilayah Indonesia juga bisa memanfaatkan fonemena ini
kecuali Indonesia bagian timur. .
Pada 28 November dan 16 Januari, semua bayangan benda yang tegak di muka bumi ini akan lurus menghadap Ka’bah dengan ujung bayangan menghadap Ka’bah. Karena di saat itu Matahari sedang berada di titik balik (antipodal) yaitu berada di 21º 25’ 21,035” LS dan 140º 10’ 25,714” BB (Nadir). Pada 28 Mei dan 16 Juni, Indonesia bagian Barat saja yang bisa menyaksikan peristiwa tersebut. Indonesia Tengah dan Timur tak bisa menyaksikan Istiwaul A’dham. Karena pada saat itu, Matahari sudah tenggelam di bawah ufuk. Indonesia Tengah dan Timur bisa memanfaatkan peristiwa Bayang Bayang Qiblat pada momen kebalikannya, yaitu pada 28 November dan 16 Januari, di mana Indonesia bagian Barat pada saat tersebut tidak bisa memanfaatkan untuk pengukuran Qiblat. Karena pada saat ini matahari belum muncul (maih di bawah ufuk). . .
***
Selain Rashdul Qiblah Tahunan, kita bisa mendapatkan Rashdil
Qiblah Harian. Dengan bantuan sinar Matahari dan mengetahui jam tepatnya, kita bisa mengukur arah
Qiblat ( baik yang bayangannya menuju atau yang membelakangi Qiblat). Asalkan Perrbedaan waktunya tidak lebih dari 5 jam dengan waktu Makkah
atau perbedaan bujur tidak lebih dari 75º dari kota Makkah ke Barat atau ke Timur.
Pada perjalanan hariannya, matahari
berjalan semu dari timur ke barat dan bergeser dari utara ke selatan dan
sebaliknya. Matahari bergeser ke utara maksimal 23° 27' LU, dan kembali ke
selatan maksimal 23° 27", LS, sehingga mengakibatkan waktu bertemunya azimut
matahari dengan azimut qiblat setempat berubah setiap harinya.
Saat deklinasi matahari nilainya plus
(antara Maret – September) maka bayang-bayang qiblat terjadi sesudah waktu
Dhuhun dan jika deklinasi matahari nilainya mines (antara September – Maret)
maka bayang-bayang qiblat terjadi sebelum dhuhur. Jika bayangan qiblat terjadi
sebelum Dhuhur maka ujung bayangan menghadap qiblat akan tetapi jika terjadi
setelah Dhuhur maka ujung bayangannya membelakangi qiblat. .
Dalam menghitung Rashdul Qiblah ini, komponen
yang yang diperlukan dalam perhitungan :
1. Arah Qiblat yang telah dihitung. Dalam
hal ini dari YPMS Tambun 64º 53’ 6,8” U–B
dan 25º 6’ 53” B–U
2. Lokasi Tempat. Dalam hal ini Lokasi
YPMS Tambun berada pada Lintang Фt = ( -6º -15’ -8,85 ) , Bujur λt=(+107º 03’ 6,34” )
3. Data Deklinasi Matahari (δ) atau mayl
pada tanggal yang bersangkutan. Data ini dapat dilacak pada data ephemeris,
Almanak Nautika atau table-tabel astronomi
4. Equation Transit (e.t) / (ta’dil Awqat) . Kalau Equation of Time bertanda (+) maka C = 12 – e, kalau Equation of Time (–) maka C = 12 + e. Untuk data Equation Of Time bisa didapatkan
dari Tabel Ephemeris atau Almanak nautika atau Winhisab
P = Sudut Pembantu (besarnya busur yang dihitung dari titik Utara
ke arah Timur sampai arah Kiblat. (Azimuth arah Kiblat).
m = Jarak antara kutub Utara dengan
deklinasi matahari diukur sepanjang lingkaran deklinasi. Besarnya (a) ini dapat dihitung melalui rumus 90º – δm .
Jika matahari berdeklinasi Utara (+)
maka, a
= 90º – δm
Jika matahari berdeklinasi Selatan (–)
maka, a = 90º + δm
Q = Sudut Arah Kiblat yang bersangkutan.
Sudut ini telah ditentukan terlebih dahulu. (U – B/T).
n = Jarak antara kutub Utara dengan
Zenith. (besarnya Zenith sama dengan
besarnya Lintang Tempat yang
bersangkutan). Komponen (b) ini dapat dihitung dengan rumus 90º – Фt ,
ketentuannya:
Bila tempat yang bersangkutan berlintang
tempat Utara (+) maka, b
= 90º – Фt
Bila tempat yang bersangkutan berlintang
tempat Selatan (–) maka, b = 90º + Фt
m
|
=90º – ( δm )
|
n
|
=90º – ( Фt )
|
P
|
= abs ( tanˉ¹ ( 1 / (cos n x tan AQ)) )
|
Ca
|
= abs ( cosˉ¹ (1 /( tan m x tan n x cos P)) )
|
I. C
|
= abs ( Ca – P) (kemungkinan I matahari ada di atas ufuk)
|
= abs (abs (tanˉ¹ ( 1 / (cos b x tan Q)) ) - abs(cosˉ¹ (1 /(tan a x tan b x cos P))) )
| |
II. C
|
= abs ( Ca + P ) (kemungkinan II matahari ada di atas ufuk)
|
= abs (abs (tanˉ¹ ( 1 / (cos b x tan Q)) ) + abs(cosˉ¹ (1 /tan a x tan b x cos P)) )
| |
RQ
|
= 12 – ( Ca / 15 )
|
Contoh :
Jam berapa bayang bayang qiblat dapat
diukur di YPMS Tambun Bekasi pada 1 Agustus 2019 ?.
Sebagaimana Posisi YPMS Tambun yang
berada di :
Lintang Фt = (-6º -15 -8,85’) (LU positif + dan
LS negatif - ) ,
Bujur λt=(+107º 03’ 6,34” ) (BT
positif + dan BB negatif - )
Arah Qiblat Q = 64º 53’ 6,8” (U – B
) atau 25º 6’ 53,15” ( B- U )
Azimut
Qiblat AQ = 295º 6’ 53,15”
Data δm pada tanggal 1- 8- 2019 sebesar 18º 10,3’
Equation Of Time pada tanggal 1 – 8 –
2019 sebesar - 06ᵐ
-18ᵈ
m
|
= 90 – (18º 10,3’) = 71º
49’ 42”
|
n
|
= 90 - (-6º -15’ -8,85”
) =
96º 15’ 8,85”
|
P
|
= abs ( tanˉ¹ ( 1 / (cos
n x tan AQ)) )
|
P
|
= | tanˉ¹ ( 1 / (cos (96º
15’ 8,85”) . tan (295º 6’ 53,15”|
|
=| tanˉ¹ (1 / ( -0,108909526 x (-2,133340212)) |
|
|
=| tanˉ¹ (1 / 0,232341069) |
|
|
= 76º 55’
11,66”
|
|
Ca
|
= abs (cosˉ¹ ((1 / (tan m x tan n
x cos P)) ))
|
=| cosˉ¹ (1/ (tan m x
tan n x cos P) |
|
|
= | cosˉ¹ (1/ (tan (71º
49’ 42”) x tan (96º 15’ 8,85”) x cos
(76º 55’ 11,66”) |
|
|
= | cosˉ¹ ( 1/ (3,046594051)
x (-9,127316086) x (0,226312917) |
|
|
= | cosˉ¹ (1/ -6,293134631)
|
|
|
= 99º 8’ 35,69”
|
|
et
|
= 6m 8d ( lihat tabel )
|
KWD
|
= ( λt – 105 ) / 15 ( untuk WIB)
|
= (107º 3’ 6,8” - 105º )
/ 15 = 8m 12,45d
|
|
I.
C
|
= Ca – P
( kemungkinan pertama )
|
= 99º 8’ 35,69”
- 76º 55’ 11,66”
|
|
= 22º 13’
24,03”
|
|
= 1j 28m 53,6d
|
|
RQ I
|
= 12 +
1j 28m
53,6d ( 12 + C )
|
= 13 :
28 : 53,6 WIS
|
|
= 13 :
22 : 45,6 LMT
( C – et (6m 18d) )
|
|
= 13 :
14 : 33,15 WIB ( C – et – KDW)
|
|
II.
C
|
= Ca +
P ( kemungkinan kedua )
|
= 99º 8’ 35,69”” + 76º 55’
11,66”
|
|
= 176º 3’ 57,35”
|
|
=
11j 25m 4,59d
|
|
RQ II
|
= 12 +
11j 44m 15,82d
|
= 23 :
44 : 15,82 WIS (Tidak
mungkin, karena Matahari masih tenggelam di bawah ufuk)
|
|
= 23
: 38 : 07,82 LMT
|
|
= 23
: 29 : 54,37 WIB
|
Agar lebih akurat, perhitungan diulang
lagi dengan mengganti nilai deklinasi dan ET dari Tabel Ephemeris yang sudah
diinterpolasi (di ta’dil) pada jam yang dimaksud. Karena dalam contoh di atas,
perhitungan dilakukan dengan menggunakan nilai Deklinasi dan ET taqribi (
pendekatan). ( silakan lihat Tabel Ephemeris terbitan Depag atau Software
Winhisab)
Ayo kita lanjutkan perhitungannya dengan
menta’dil deklinasi dan ET dari Tabel Ephemeris :
Lihat Tabel Ephemeris pada 1 – 8 – 2019 !
δm pada jam 06:00 GMT = 18° 04' 34"
δm pada jam 07:00 GMT = 18° 03' 57"
Selisih kedua δm itu adalah = 0º 0’ 37”. Selisih
waktu dari jam 13 : 00 ke 13 :14 : 33,15 adalah 14m 33,15d
δm pada
13:30:49,3 WIB = 18° 04' 34" + (0º
0’ -37”) x ( 14m 33,15d) = 18° 04' 34" + 0º 0’ --8,97”
= 18º 4’ 25,03’
= 18º 4’ 25,03’
Et pada jam 06 : 00 GMT = -6 m -23 s
Et pada jam 07 : 00 GMT = -6 m -23 s
Karena nilainya sama, maka tak perlu lagi
interpolasi.
Mari kita ulangi lagi perhitungan di atas
dengan nilai dekliansi dan ET yang sudah diinterpolasi :
m
|
= 90º - 18º 4’ 25,03’= 71º 55’ 34,97”
|
n
|
= 90 -
(-6º -15’ -8,85” ) = 96º 15’ 8,85”
|
P
|
= abs ( tanˉ¹ ( 1 / (cos n x tan AQ)) )
|
= | tanˉ¹ ( 1 / (cos (96º 15’ 8,85”) .
tan (295º 6’ 53,15”|
|
|
=| tanˉ¹ (1 / ( -0,108909526 x (-2,133340212)) |
|
|
= 76º 55’
11,66”
|
|
Ca
|
= abs (cosˉ¹ ((1 / (tan
m x tan n x cos P)) ))
|
=| cosˉ¹ (1/ (tan m x
tan n x cos P) |
|
|
= | cosˉ¹ (1/ (tan (71º 55’ 34,97”)
x tan
(96º 15’ 8,85”) x cos (76º
55’ 11,66”)) |
|
|
= | cosˉ¹ ( 1/ (3,0642810692454) x (-9,127316086) x (0,226312917) |
|
|
= | cosˉ¹ (1/ -6,32966946) |
|
|
=
99º 5’
24,8”
|
|
et
|
=
6m 23d
|
KWD
|
= 8m
12,45d
|
I.
C
|
= Ca -
P
|
= 99º
5’ 24,8” - 76º 55’ 11,66”
|
|
=
22º 10’ 12,48”
|
|
=
1j 28m
40,83d
|
|
RQ I
|
= 12 +
1j 28m
22,37d
|
= 13 :
28 : 40,83 WIS
|
|
= 13 :
22 : 17,83 LMT
|
|
= 13 :
14 : 5,38 WIB
|
|
II.
C
|
= Ca +
P
|
= 99º
5’ 24,8” + 76º 55’
11,66”
|
|
=
176º 0’ 35,68”
|
|
=
11j 44m 2,379d
|
|
RQ II
|
= 12 +
11j 44m 2,379d
|
= 23 :
44 : 2,379 WIS ( Tidak
mungkin, matahari di bawah ufuk)
|
Pada jam 13:14 WIB , Bayangan dari tiang tegak di lapangan di
Tambun akan mengarah ( berhimpit dengan bayangan Ka’bah ) ke Qiblat, dengan pangkal bayangan mengarah ke Qiblat dan ujung bayangan menjauh dari Qiblat.
Note: Karena rumus Rashdul Qiblah ada dua kemungkinan, Mungkinah Rashdul Qiblah terjadi dua kali dalam satu hari ?
Note: Karena rumus Rashdul Qiblah ada dua kemungkinan, Mungkinah Rashdul Qiblah terjadi dua kali dalam satu hari ?
<