Matahari Tenggelam Di Laut Berlumpur
Hitam
Ayat ini sering dipakai para penghujat Islam, "mosok matahari tenggelam di laut berlumpur hitam ?"
Sebelum membicarakan ayat itu, perhatikan kalimat berikut ini !
QS Al Kahfi
: 86
حَتّٰىٓ إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا
تَغْرُبُ فِى عَيْنٍ حَمِئَةٍ وَوَجَدَ عِنْدَهَا قَوْمًا ۗ قُلْنَا يٰذَا الْقَرْنَيْنِ
إِمَّآ أَنْ تُعَذِّبَ وَإِمَّآ أَنْ تَتَّخِذَ فِيهِمْ حُسْنًا
Hingga ketika dia telah sampai di tempat
matahari terbenam, dia melihatnya (matahari) terbenam di dalam laut yang
berlumpur hitam, dan di sana ditemukannya suatu kaum (tidak beragama). Kami
berfirman, Wahai Zulkarnain! Engkau boleh menghukum atau berbuat kebaikan (mengajak
beriman) kepada mereka.
(QS. Al-Kahf 18: 86)
Ayat ini sering dipakai para penghujat Islam, "mosok matahari tenggelam di laut berlumpur hitam ?"
-----------------------------
Sebelum membicarakan ayat itu, perhatikan kalimat berikut ini !
* Sinar matamu menembus jantung hatiku, sampai
aku tak bisa mendustaimu.
[ Mata kok bersinar ?! Kok menembus jantung
lagi ? ]
* Pena pujangga itu dapat meruntuhkan hati
kekasihnya. Guratan penanya merobohkan dinding kokoh wanita itu.
[ Pena kok meruntuhkan hati ? ]
* Rambut panjang wanita dapat membutakan mata
lelaki. Manakala rambut itu tergerai dan dilihat, maka anak panah yang
tersimpan di rambut itu akan melesat dan membutakan mata lelaki.
[ Rambut kok bisa memanah ? ]
* Matahari itu muncul dari tempat persembunyiannya
dan tersenyum indah di hari itu. Aku yang lagi dirundung malang pun melupakan
kesedihan yang hampir membunuhku. [ Matahari kok bersembunyi ? Ngapain matahari
bersembunyi ? ]
# Kalau para penghujat Islam, tidak
memahami kalimat di atas, maka mending tak usah menghujat Al Kahfi : 86 .
-----------------------------
Kembali pada Al Kahfi : 86
Pandang !!!
حَتّٰىٓ إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ
Hingga ketika dia telah sampai di tempat
matahari terbenam
Adapun perjalanan Dzul Qarnayn yang disebutkan
"sampai di tempat matahari tenggelam" bukanlah menunjukkan arti bahwa
POSISI Dzul Qarnayn itu berada di POSISI matahari yang lagi tenggelam.
Bagaimana mungkin posisi Dzul Qarnayn berada di matahari, sedangkan dia berada
di posisi yang banyak kaum (umat manusia) yang tak beragama.
Ayat ini untuk membantah dongengan Ahli Kitab.
Mereka (Ahli Kitab) sering mendongeng bahwa Dzul Qarnayn berjalan selama suatu
masa di bumi, sedangkan matahari terbenam di belakangnya. Kisah ini adalah
dongeng belaka, tidak ada kenyataannya.
Pandang !!!
وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِى عَيْنٍ حَمِئَةٍ وَوَجَدَ
عِنْدَهَا قَوْمًا
dia (Dzul Qarnayn) melihatnya (matahari)
terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan di sana ditemukannya suatu
kaum (tidak beragama)
Sebenarnya, ayat itu tidak ada yang aneh. Dan
memang tidak ada Ahli tafsir yang menafsirkan ayat tersebut dengan penjabaran
yang rumit. Artinya ayat itu cukup dipahami dengan pengertian yang
sederhana.
TETAPI, dasar Penghujat dan orientalis barat
yang mau cari cari kesalahan Al Quran, tapi tak berilmu. Mereka malah
mempersoalkan bahasa majaz. Padahal jika saja orang itu mengerti sastra, terasa
indahlah bahasa Al Quran itu.
Ayat itu menjelaskan tentang perjalanan
Iskandar Dzul Qarnayn yang kekuasaannya sangat luas. Ketika dia dalam
perjalanannya sampai di suatu tempat, Dzul Qarnayn MELIHAT MATAHARI TENGGELAM
DI LAUT BERLUMPUR HITAM. Tentu, posisi Dzul Qarnayn itu berada di sekitar tepi
lautan (pantai).
Di sini, Allah menceritakan kisah Dzul Qarnayn
yang melihat matahari dalam kondisi lagi terbenam. BUKAN tentang hakikat
matahari yang tenggelam dan masuk ke dalam laut. TETAPI penglihatan Dzul
Qarnayn yang diceritakannya.
TENTANG bagaimana "laut berlumpur
hitam", ini suatu keadaan yang biasa diungkapkan oleh orang yang berada di
pantai saat menyaksikan matahari lagi tenggelam. Jadi LAUT BERLUMPUR HITAM
ADALAH "PANDANGAN MATA DZUL QARNAYN" KE LAUT SAAT MENYAKSIKAN
MATAHARI TENGGELAM.
Sesungguhnya, tentang pandangan mata "laut
berlumpur hitam" ini sudah pernah diceritakan dalam Taurat dulu, makanya
Ahli Kitab sangat paham dengan keterangan ini.
*****
Ibnu Abbas mengirimkan utusan kepada Ka'b untuk
menanyakan, "Di manakah matahari terbenam menurut berita yang kamu jumpai
di dalam kitab Taurat?" . Ka'b menjawabnya, "Tanyakanlah kepada ahli
bahasa Arab, karena sesungguhnya mereka lebih mengetahui maknanya. Tetapi
sesungguhnya saya menjumpai keterangan di dalam kitab Taurat, bahwa matahari
terbenam di dalam laut yang berlumpur." Seraya mengisyaratkan tangannya ke
arah ufuk barat.
Nafi' mengatakan bahwa Ka'b Al-Ahbar pernah
ditanya tentang makna ayat ini. Maka dia menjawab, "Kalian (orang Arab)
lebih mengetahui tentang Al Qur'an daripada diriku. Tetapi aku menjumpai
keterangan di dalam kitab (terdahulu) ku, bahwa matahari itu terbenam ke dalam
lumpur yang berwarna hitam." Hal yang sama telah diriwayatkan bukan hanya
oleh seorang saja dari Ibnu Abbas.
Ibnu Hadir berkata bahwa menurut syair
peninggalan zaman dahulu dari kaum Tubba' yang menceritakan kisah Dzulqarnain,
seorang raja yang berilmu lagi disiplin dengan ilmu pengetahuannya, disebutkan
:
"Dia telah mencapai belahan timur dan
barat dengan menempuh semua jalan menuju kesuksesannya dengan bijaksana dan
kebaikan"
فَرَأى مَغِيبَ الشَّمْسِ عِنْدَ غُرُوبها
... فِي عَيْنِ ذِي خُلب وَثأط حَرْمَدِ
"Maka ia menyaksikan matahari tenggelam di
belahan barat, matahari tenggelam di laut yang berlumpur hitam lagi
panas."
Statemen yang tertulis secara tekstual di atas
(tenggelam di laut berlumpur hitam) adalah bahasa majaz (Majaz Aqli).
Coba bayangkan kalau ada perkataan
"Matahari ditelan bumi". Apakah pernyataan ini dinyatakan salah oleh
Ahli Bahasa ?. Kita tahu, bumi itu lebih kecil daripada matahari, dan bagaimana
bisa bumi akan menelan matahari ?!. Mestinya khan SALAH menurut bahasa. Tetapi
Para Ahli Bahasa langsung paham dan mengerti kalau pernyataan itu adalah Bahasa
Majaz.
--------------------
Berikut ini beberapa kalimat yang mengandung
majaz :
يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوٓا إِنْ تَنْصُرُوا
اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu
menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
(QS. 47: 7)
ﻧِﺴَﺎﺅُﻛُﻢْ ﺣَﺮْﺙٌ ﻟَﻜُﻢْ ﻓَﺄْﺗُﻮﺍ ﺣَﺮْﺛَﻜُﻢْ
ﺃَﻧَّﻰ ﺷِﺌْﺘُﻢْ
Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat
kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanam itu bagaimana
saja kamu kehendaki.
(QS. 2:223).
ﻫَﻞْ ﻳَﺴْﺘَﻄِﻴﻊُ ﺭَﺑُّﻚَ ﺃَﻥْ ﻳُﻨَﺰِّﻝَ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ
ﻣَﺎﺋِﺪَﺓً ﻣِﻦَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ
Sanggupkah Tuhanmu menurunkan hidangan dari
langit kepada kami?
(QS. 5:112)
ﻭَﻳُﻨَﺰِّﻝُ ﻟَﻜُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﺭِﺯْﻗﺎً
Dan menurunkan untukmu rezki dari langit
(QS. 40:13)
ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺗُﻠِﻴَﺖْ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﺁﻳَﺎﺗُﻪُ ﺯَﺍﺩَﺗْﻬُﻢْ
ﺇِﻳﻤَﺎﻧﺎً
Dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah
iman mereka (karenanya)
(QS.7:2)
ﻛَﻠَّﺎ ﺇِﻧَّﻬَﺎ ﻟَﻈَﻰ . ﻧَﺰَّﺍﻋَﺔً ﻟِﻠﺸَّﻮَﻯ
. ﺗَﺪْﻋُﻮ ﻣَﻦْ ﺃَﺩْﺑَﺮَ ﻭَﺗَﻮَﻟَّﻰ
Sekali-kali tidak dapat, sesungguhnya neraka
itu adalah api yang bergolak, yang mengelupas kulit kepala, yang memanggil
orang yang membelakang dan yang berpaling (dari agama)
(QS. 70:15-17)
ﺍﻟﺮَّﺣْﻤﻦُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻌَﺮْﺵِ ﺍﺳْﺘَﻮﻯ
Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di
atas 'Arsy
(QS. 20: 5:)
Dan masih banyak lagi bahasa majaz yang ada
dalam Al Quran.
Ayat ayat yang mengandung bahasa majaz lebih
suka dijadikan bahan hujatan Kaum Pengingkar terhadap keoutentikan Al Quran.
Padahal mereka sangat memahami kalau itu adalah bahasa majaz.
-----------
Tetapi di balik suatu cerita, Al Quran selalu
membawa pesan (ta'wil dan asrar) yang terkandung di dalamnya
هُوَ الَّذِىٓ أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتٰبَ
مِنْهُ ءَايٰتٌ مُّحْكَمٰتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتٰبِ وَأُخَرُ مُتَشٰبِهٰتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِى قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ
مَا تَشٰبَهَ مِنْهُ ابْتِغَآءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَآءَ تَأْوِيلِهِۦ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ ۥ إِلَّا اللَّهُ وَالرّٰسِخُونَ فِى الْعِلْمِ يَقُولُونَ ءَامَنَّا
بِهِۦ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ
إِلَّآ أُولُوا الْأَلْبٰبِ
Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an)
kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah
pokok-pokok Kitab (Al-Qur'an) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang
yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat
untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada
yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam
berkata, Kami beriman kepadanya (Al-Qur'an), semuanya dari sisi Tuhan kami.
Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal.
(QS. Ali 'Imran 3: 7)