Si Murtad Mencari Petunjuk Selain Al Quran Dan As Sunnah Si Murtad Mencari Petunjuk Selain Al Quran Dan As Sunnah

قُلْ يَٰٓأَهْلَ ٱلْكِتَٰبِ تَعَالَوْاْ إِلَىٰ كَلِمَةٍۢ سَوَآءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا ٱللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِۦ شَيْـًٔا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِّن دُونِ ٱللَّهِ ۚ فَإِن تَوَلَّوْاْ فَقُولُواْ ٱشْهَدُواْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. Al Imran [3]: 64)

Qawluna

Apakah Tuhan yang kau sembah samadengan Tuhan yang disembah Muhammad saw ?

Apakah Islam yang kau anut itu samadengan Islam yang dianut oleh Muhammad saw ?

Apakah Kitab yang kau baca itu samadengan Kitab yang dibaca oleh Muhammad saw?

Kapan jiwamu tunduk kepada Pencipta Langit Dan Bumi padahal tubuhmu PASTI tunduk kepada Pencipta Langit Dan Bumi ?

Si Murtad Mencari Petunjuk Selain Al Quran Dan As Sunnah

Si Murtad: Mencari Petunjuk Selain Al Quran Dan As Sunnah


Konon, Saefudin Ibrahim yang mantan ustadz di Ponpes Al Zaitun, Indramayu itu keluar dari Islam (MURTAD), di antara sebab2nya adalah "nubuat syaikh" dan "QS. Maryam : 33".

Mengenai siapa Saefudin Ibrahim (pendeta Abraham) dan nubuat syaikh itu, tak perlu dibahas di sini. Tetapi dalam testimoninya dia mengutip nash yang dianggap hadits berikut ini :

اَلدِّيْنُ هُوَ الْعَقْلُ وَلَا دِيْنًا لِمَنْ لَا عَقْلَ لَهُ

"Agama itu akal. Tidak ada agama tanpa akal"

Dan dia juga memahami QS Maryam : 33 dengan meyakini ketuhanan Yesus.

وَالسَّلٰمُ عَلَىَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا

"Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali."
(QS. Maryam 19: 33)

--------------------------------

[ 1 ]
Tentang nash di atas, Para Ahli Hadits sepakat bahwa nash yang tersebut di atas gharib (asing) dan sepakat bahwa nash itu bukan hadits, karena tidak diketahui asal usulnya (la ashla lahu). Nasa'i dan Syaikh Al Bany menyatakan bahwa nash itu hadits bathil munkar. Di dalam sanadnya ada orang bernama Bisyr yang majhul (asing /tak dikenal).

Jika Saefudin disebut ahli hadits, maka patut dipertanyakan darimana dia mendapatkan hadits itu ?. Kok bisa nash yang bukan hadits disebut hadits ?.


[ 2 ]
Untuk QS 19:3, mari kita lihat dari berbagai tinjauan :


Tinjauan Lughah

Menurut Saefudin , ayat ini menegaskan ketuhanan Yesus karena memakai fi’il amar (kata kerja perintah).  “Ayat Al-Qur’an surat Maryam 33 meyakinkan saya memahami ketuhanan Yesus. Ayat ini menggenapi semua kisah Yesus yang telah berlaku. Ayat ini menggunakan Fi’il Madhi, kata kerja masa lampau, berarti kejadian kebangkitan Yesus dan hidup kembali telah terjadi lebih 2000 tahun yang lalu,” (hlm. 87-88).


Tentang QS. 19:33, maka menurutku orang yang memahami ayat itu untuk mendukung penuhanan Yesus adalah salah total.  Mari Kita uraikan secara lughah :

Perhatikan kata وُلِدْتُ (aku dilahirkan), اَمُوْتْ (aku mati) dan اُبْعَثُ (aku dibangkitkan) !

a. Kata وُلِدْتُ adalah bukan fiil amr seperti yang dikatakan Saefudin. Tetapi fiil madli (past tense). dengan bina majhul. Kata kerja (fiil bina majhul) itu adalah kata kerja untuk membentuk kalimat pasif.

Dan perlu diingat bahwa selamanya tidak ada fiil amr memakai zaman madli. Kaidah Nahwu mendefinisikan bahwa fiil amr hanya mempunyai zaman (tenses) dua, yaitu haal (continous tense) dan istiqbal (future tense).

Jadi kata وُلِدْتُ itu lebih tepat diartikan "aku telah dilahirkan"atau "aku dilahirkan (dulu, di masa lampau). Tidak bisa diartikan "aku sedang dilahirkan" atau "lahirkanlah aku !"

b. Kata اَمُوْتْ itu fiil mudlari'. Untuk ayat itu kata اَمُوْتْ mempunyai zaman, yaitu zaman istiqbal (future tense). Karena dalam Al Quran, Isa dinyatakan belum wafat.

Jadi kata اَمُوْتْ akan lebih tepat diartikan "saya mati nanti" atau "saya mati kelak".

c. Kata اُبْعَثُ Bukan fiil amr. Tetapi fiil mudlari' bina majhul dengan zaman istiqbal (future tense). Akan lebih enak jika diartikan "aku dibangkitkan nanti/ kelak" atau "aku akan dibangkitkan" .

Perlu dipahami, bahwa bina majhul itu adalah kata untuk menbentuk Kalimat Pasif dan posisi subyek (fa'il) nya diduduki oleh obyek (maf'ul). Artinya apa yang menjadi fa'il (subyek) itu pada dasarnya adalah maf'ul (obyek).

Dalam ilmu lughah, Kalimat pasif dengan Naibul Fa'il, maka posisi Subyek itu artinya "tak bekerja" atau "tak berdaya". Karena itu pemakaian kata وُلِدْتُ menunjukkan bahwa Isa tak kuasa /tak berdaya menentukan kapan dan di mana dia dilahirkan oleh ibunya. Begitu juga dengan kata اَمُوْتْ dan اُبْعَثُ itu menunjukkan ketidakberdayaan Isa untuk menentukan kapan dan di mana ia wafat dan dibangkitkan kelak.



Tinjauan Tafsir


Sebenarnya QS. 19:33 untuk menegaskan eksistensi dirinya, bahwa Isa as sebagai seorang makhluq yang lemah, seorang budak yang wajib tunduk dan patuh. Bukan Tuhan.Tapi hanya sebagai budak wajib patuh pada Al Khaliq (Pencipta).

Hal ini membuktikan akan predikat dirinya sebagai hamba Allah Swt. dan bahwa Isa adalah seorang makhluk Allah yang hidup dan past akan mengalami kematian serta kebangkitan sebagaimana makhluk lainnya. Akan tetapi, Isa diselamatkan dari semua hal tersebut yang merupakan keadaan yang paling berat dirasakan oleh semua hamba Allah. Predikat Isa as akan bisa dilihat secara runut dan gamblang, jika kita melihat QS 19: 30-33 dan semua bentuk penuhanan Isa as sangat terbantahkan. Benar benar pernyataan yang tidak mengarah pada penuhanan Isa.

Berikut ini adalah apa yang dikatakan oleh Isa as ketika masih dalam buaian ibunya. Saat itu Ibunda Isa as (Maryam) dituduh melakukan perzinaan sehingga melahirkan anaknya. Di sinilah si anak bayi (Isa as) langsung membuat statemen kalau ibunya itu wanita suci dan dia adalah HAMBA ALLAH (ciptaan Allah) yang dipersiapkan oleh Allah untuk menjadi seorang Nabi.

قَالَ إِنِّى عَبْدُ اللَّهِ ءَاتٰىنِىَ الْكِتٰبَ وَجَعَلَنِى نَبِيًّا

"Dia ('Isa) berkata, Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,"
(QS. Maryam 19: 30)


* Isa menyatakan diri sebagai HAMBA ALLAH sewaktu masih buaian bundanya.

وَجَعَلَنِى مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصٰنِى بِالصَّلٰوةِ وَالزَّكٰوةِ مَا دُمْتُ حَيًّا

"dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) sholat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup"
(QS. Maryam 19:31)

* Isa as menegakkan shalat (ibadah kepada Allah) dan zakat .

وَبَرًّۢا بِوٰلِدَتِى وَلَمْ يَجْعَلْنِى جَبَّارًا شَقِيًّا

"dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka."
(QS. Maryam 19:32)

* Isa as tidak sombong ( tidak menolak kebenaran dan tidak menyepelekan sesama manusia), tidak seperti Fir'aun menuhankan dirinya agar disembah umat manusia. Dan Isa as selalu patuh dan berbakti kepada Bundanya. Kalau Isa as dianggap sebagai tuhan niscaya Maryam harus berbakti pada Isa as. Itulah mengapa ayat ini menyatakan kalau Isa as berbakti pada Ibunya.

وَالسَّلٰمُ عَلَىَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا

"Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali."
(QS. Maryam 19:33)

* Inilah puncak pernyataan Isa as atas ketidakberdayaan dirinya untuk menentukan kapan dan di mana dia dilahirkan, wafat dan dibangkitkan lagi kelak.

----


Pada suatu hari di tangan Umar bin Khathab ra ada selembar dari Taurat, dan Umar mengagumi isinya,, maka Rasulullah saw marah dengan kemarahan yang keras. Dalam hadits diriwayatkan:

ﻋَﻦْ ﺟَﺎﺑِﺮِ ﺑْﻦِ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﻥَّ ﻋُﻤَﺮَ ﺑْﻦَ ﺍﻟْﺨَﻄَّﺎﺏِ ﺃَﺗَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺑِﻜِﺘَﺎﺏٍ ﺃَﺻَﺎﺑَﻪُ ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺾِ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﻜُﺘُﺐِ ﻓَﻘَﺮَﺃَﻩُ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓَﻐَﻀِﺐَ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺃَﻣُﺘَﻬَﻮِّﻛُﻮﻥَ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻳَﺎ ﺍﺑْﻦَ ﺍﻟْﺨَﻄَّﺎﺏِ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻱ ﻧَﻔْﺴِﻲ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﻟَﻘَﺪْ ﺟِﺌْﺘُﻜُﻢْ ﺑِﻬَﺎ ﺑَﻴْﻀَﺎﺀَ ﻧَﻘِﻴَّﺔً ﻟَﺎ ﺗَﺴْﺄَﻟُﻮﻫُﻢْ ﻋَﻦْ ﺷَﻲْﺀٍ ﻓَﻴُﺨْﺒِﺮُﻭﻛُﻢْ ﺑِﺤَﻖٍّ ﻓَﺘُﻜَﺬِّﺑُﻮﺍ ﺑِﻪِ ﺃَﻭْ ﺑِﺒَﺎﻃِﻞٍ ﻓَﺘُﺼَﺪِّﻗُﻮﺍ ﺑِﻪِ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻱ ﻧَﻔْﺴِﻲ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﻟَﻮْ ﺃَﻥَّ ﻣُﻮﺳَﻰ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻛَﺎﻥَ ﺣَﻴًّﺎ ﻣَﺎ ﻭَﺳِﻌَﻪُ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَّﺒِﻌَﻨِﻲ

Dari Jabir bin Abdullah ‘Umar bin khatab menemui Nabi saw dengan membawa tulisan yang dia dapatkan dari Ahli Kitab. Nabi saw terus membacanya dan marah seraya bersabda: “Bukankah isinya hanya orang-orang yang bodoh Wahai Ibnu Khattab?. Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, saya datang kepada kalian dengan membawa cahaya yang terang. Janganlah kalian bertanya kepada mereka tentang sesuatu ! Bagaimana jika mereka mengabari kalian kebenaran lalu kalian mendustakannya atau mereka (menyampaikan) kebathilan lalu kalian membenarkannya?. Demi yang jiwaku berada di tanganNya, seandainya Musa as hidup maka tidak ada jalan lain selain dia mengikutiku. ”
(Riwayat Imam Ahmad dalam Musnadnya 3/387 nomor 14623, dan Al-Baihaqi dalam Syu’bul Iman, dan Ad-Darimi 1/115-116 dengan lebih sempurna. Hadits ini menurut Abdur Rahman Abdul Khaliq berderajat Hasan, karena punya banyak jalan menurut Al-Lalkai dan Al-Harwi dan lainnya).

Dalam Hadits itu terdapat pengertian sebagai berikut:

I. Rasulullah saw melarang Umat Islam mencari petunjuk selain Al Quran dan As Sunnah. Termasuk tuntutan iman kepada Al-Quran dan As Sunnah adalah meyakini bahwa petunjuk itu adanya hanyalah pada keduanya (Al-Quran dan As Sunnah) itu.

II. Rasulullah saw telah membawa agama yang suci murni, tidak dikaburkan oleh pembuat kekaburan berupa perubahan, penggantian, atau penyelewengan. Sedang para sahabat menerima agama Islam itu dengan wungkul (utuh) dan murni. Maka bagaimana mereka akan berpaling darinya dan mencari petunjuk kepada hal-hal yang menyerupai penyelewengan, penggantian, dan penambahan serta pengurangan.

III. Bahwa Nabi Musa as sendiri yang dituruni Kitab Taurat seandainya dia masih hidup pasti dia wajib mengikuti Rasul saw dan meninggalkan syari’at yang telah dia sampaikan kepada manusia.

Nabi dengan tegas melarang umatnya mengambil sumber lain untuk mendekatkan diri kepada Allah, walaupun sumber itu berasal dari Nabi2 terdahulu. Karena setiap Nabi membawa syariat masing2. Sampai Nabi saw mengisyaratkan seandainya Musa as hidup di zaman Rasulullah, maka dia (Musa as) wajib mengikuti syariat Nabi saw, padahal Musa as adalah seorang Nabiyullah juga.

------------------------

Bagaimana bisa ada seorang ustadz apalagi konon disebut Ahli Hadits kok malah mencari petunjuk bukan dari Al Quran dan As Sunnah. Ini kan sudah kebablasan.

Sudah tidak mengindahkan perintah Rasululllah, ditambah lagi dengan kedangkalan ilmunya, wajar saja kalau dia tergelincir ke jurang kesesatan.


مَنْ يَهْدِاللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ

"Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tak ada sanggup menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tak ada yang sanggup memberikan petunjuk padanya".

Inilah Saefudin, satu contoh orang yang dicabut hidayah dari dirinya oleh Allah sehingga dia tak mampu lagi menggunakan nalar untuk melihat ketidarasionalan sebuah ajaran yang hanya dibuat oleh manusia dengan mencari petunjuk selain Al Quran dan As Sunnah.

wa na'udzu billahi min dzalik.

اللهمَّ ثَبِتْ فُلُوْبَنَا عَلَى الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ

"Ya Allah,,,tetapkanlah hati kami selalu di atas iman dan Islam".


SHARE :