Si Murtad: Mencari Petunjuk Selain Al Quran Dan As Sunnah
Konon, Saefudin Ibrahim yang mantan ustadz di Ponpes Al Zaitun, Indramayu itu keluar dari Islam (MURTAD), di antara sebab2nya adalah "nubuat syaikh" dan "QS. Maryam : 33".
Mengenai siapa Saefudin Ibrahim (pendeta Abraham) dan nubuat
syaikh itu, tak perlu dibahas di sini. Tetapi dalam testimoninya dia mengutip
nash yang dianggap hadits berikut ini :
اَلدِّيْنُ
هُوَ الْعَقْلُ وَلَا دِيْنًا لِمَنْ لَا عَقْلَ لَهُ
"Agama itu akal. Tidak ada agama tanpa akal"
Dan dia juga memahami QS Maryam : 33 dengan meyakini ketuhanan
Yesus.
وَالسَّلٰمُ عَلَىَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ
أُبْعَثُ حَيًّا
"Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari
kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup
kembali."
(QS. Maryam 19: 33)
--------------------------------
[ 1 ]
Tentang nash di atas, Para Ahli Hadits sepakat bahwa nash yang
tersebut di atas gharib (asing) dan sepakat bahwa nash itu bukan hadits, karena
tidak diketahui asal usulnya (la ashla lahu). Nasa'i dan Syaikh Al Bany
menyatakan bahwa nash itu hadits bathil munkar. Di dalam sanadnya ada orang
bernama Bisyr yang majhul (asing /tak dikenal).
Jika Saefudin disebut ahli hadits, maka patut dipertanyakan
darimana dia mendapatkan hadits itu ?. Kok bisa nash yang bukan hadits disebut
hadits ?.
[ 2 ]
Untuk QS 19:3, mari kita lihat dari berbagai tinjauan :
Tinjauan Lughah
Menurut Saefudin , ayat ini menegaskan ketuhanan Yesus karena
memakai fi’il amar (kata kerja perintah). “Ayat Al-Qur’an surat Maryam 33 meyakinkan saya memahami ketuhanan
Yesus. Ayat ini menggenapi semua kisah Yesus yang telah berlaku. Ayat ini
menggunakan Fi’il Madhi, kata kerja masa lampau, berarti kejadian kebangkitan
Yesus dan hidup kembali telah terjadi lebih 2000 tahun yang lalu,” (hlm.
87-88).
Tentang QS. 19:33, maka menurutku orang yang memahami ayat itu
untuk mendukung penuhanan Yesus adalah salah total. Mari Kita uraikan secara lughah :
Perhatikan kata وُلِدْتُ (aku dilahirkan), اَمُوْتْ (aku mati)
dan اُبْعَثُ
(aku dibangkitkan) !
a. Kata وُلِدْتُ adalah bukan fiil amr seperti yang dikatakan Saefudin. Tetapi
fiil madli (past tense). dengan bina majhul. Kata kerja (fiil bina majhul) itu
adalah kata kerja untuk membentuk kalimat pasif.
Dan perlu diingat bahwa selamanya tidak ada fiil amr memakai zaman
madli. Kaidah Nahwu mendefinisikan bahwa fiil amr hanya mempunyai zaman
(tenses) dua, yaitu haal (continous tense) dan istiqbal (future tense).
Jadi kata وُلِدْتُ itu lebih tepat diartikan "aku telah dilahirkan"atau
"aku dilahirkan (dulu, di masa lampau). Tidak bisa diartikan "aku
sedang dilahirkan" atau "lahirkanlah aku !"
b. Kata اَمُوْتْ itu fiil mudlari'. Untuk ayat itu kata اَمُوْتْ mempunyai
zaman, yaitu zaman istiqbal (future tense). Karena dalam Al Quran, Isa
dinyatakan belum wafat.
Jadi kata اَمُوْتْ akan lebih tepat diartikan "saya mati nanti" atau
"saya mati kelak".
c. Kata اُبْعَثُ Bukan fiil amr. Tetapi fiil mudlari' bina majhul dengan zaman
istiqbal (future tense). Akan lebih enak jika diartikan "aku dibangkitkan
nanti/ kelak" atau "aku akan dibangkitkan" .
Perlu dipahami, bahwa bina majhul itu adalah kata untuk menbentuk
Kalimat Pasif dan posisi subyek (fa'il) nya diduduki oleh obyek (maf'ul).
Artinya apa yang menjadi fa'il (subyek) itu pada dasarnya adalah maf'ul
(obyek).
Dalam ilmu lughah, Kalimat pasif dengan Naibul Fa'il, maka posisi
Subyek itu artinya "tak bekerja" atau "tak berdaya". Karena
itu pemakaian kata وُلِدْتُ menunjukkan bahwa Isa tak kuasa /tak berdaya menentukan kapan
dan di mana dia dilahirkan oleh ibunya. Begitu juga dengan kata اَمُوْتْ
dan اُبْعَثُ
itu menunjukkan ketidakberdayaan Isa untuk menentukan kapan dan di mana ia
wafat dan dibangkitkan kelak.
Tinjauan Tafsir
Sebenarnya QS. 19:33 untuk menegaskan eksistensi dirinya, bahwa
Isa as sebagai seorang makhluq yang lemah, seorang budak yang wajib tunduk dan
patuh. Bukan Tuhan.Tapi hanya sebagai budak wajib patuh pada Al Khaliq (Pencipta).
Hal ini membuktikan akan predikat dirinya sebagai hamba Allah Swt.
dan bahwa Isa adalah seorang makhluk Allah yang hidup dan past akan mengalami
kematian serta kebangkitan sebagaimana makhluk lainnya. Akan tetapi, Isa
diselamatkan dari semua hal tersebut yang merupakan keadaan yang paling
berat dirasakan oleh semua hamba Allah. Predikat Isa as akan bisa dilihat secara runut dan gamblang, jika
kita melihat QS 19: 30-33 dan semua bentuk penuhanan Isa as sangat
terbantahkan. Benar benar pernyataan yang tidak mengarah pada penuhanan Isa.
Berikut ini adalah apa yang dikatakan oleh Isa as ketika masih
dalam buaian ibunya. Saat itu Ibunda Isa as (Maryam) dituduh melakukan
perzinaan sehingga melahirkan anaknya. Di sinilah si anak bayi (Isa as)
langsung membuat statemen kalau ibunya itu wanita suci dan dia adalah HAMBA
ALLAH (ciptaan Allah) yang dipersiapkan oleh Allah untuk menjadi seorang Nabi.
قَالَ إِنِّى عَبْدُ اللَّهِ ءَاتٰىنِىَ الْكِتٰبَ وَجَعَلَنِى
نَبِيًّا
"Dia ('Isa) berkata, Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia
memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,"
(QS. Maryam 19: 30)
* Isa menyatakan diri sebagai HAMBA ALLAH sewaktu masih buaian
bundanya.
وَجَعَلَنِى مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصٰنِى بِالصَّلٰوةِ
وَالزَّكٰوةِ مَا دُمْتُ حَيًّا
"dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja
aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) sholat dan
(menunaikan) zakat selama aku hidup"
(QS. Maryam 19:31)
* Isa as menegakkan shalat (ibadah kepada Allah) dan zakat .
وَبَرًّۢا بِوٰلِدَتِى وَلَمْ يَجْعَلْنِى جَبَّارًا شَقِيًّا
"dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku
seorang yang sombong lagi celaka."
(QS. Maryam 19:32)
* Isa as tidak sombong ( tidak menolak kebenaran dan tidak
menyepelekan sesama manusia), tidak seperti Fir'aun menuhankan dirinya agar
disembah umat manusia. Dan Isa as selalu patuh dan berbakti kepada Bundanya.
Kalau Isa as dianggap sebagai tuhan niscaya Maryam harus berbakti pada Isa as.
Itulah mengapa ayat ini menyatakan kalau Isa as berbakti pada Ibunya.
وَالسَّلٰمُ عَلَىَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ
أُبْعَثُ حَيًّا
"Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari
kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup
kembali."
(QS. Maryam 19:33)
* Inilah puncak pernyataan Isa as atas ketidakberdayaan dirinya
untuk menentukan kapan dan di mana dia dilahirkan, wafat dan dibangkitkan lagi
kelak.
----
Pada suatu hari di tangan Umar bin Khathab ra ada selembar dari
Taurat, dan Umar mengagumi isinya,, maka Rasulullah saw marah dengan kemarahan
yang keras. Dalam hadits diriwayatkan:
ﻋَﻦْ ﺟَﺎﺑِﺮِ ﺑْﻦِ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﻥَّ ﻋُﻤَﺮَ ﺑْﻦَ ﺍﻟْﺨَﻄَّﺎﺏِ
ﺃَﺗَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲَّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺑِﻜِﺘَﺎﺏٍ ﺃَﺻَﺎﺑَﻪُ ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺾِ
ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟْﻜُﺘُﺐِ ﻓَﻘَﺮَﺃَﻩُ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓَﻐَﻀِﺐَ
ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺃَﻣُﺘَﻬَﻮِّﻛُﻮﻥَ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻳَﺎ ﺍﺑْﻦَ ﺍﻟْﺨَﻄَّﺎﺏِ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻱ ﻧَﻔْﺴِﻲ ﺑِﻴَﺪِﻩِ
ﻟَﻘَﺪْ ﺟِﺌْﺘُﻜُﻢْ ﺑِﻬَﺎ ﺑَﻴْﻀَﺎﺀَ ﻧَﻘِﻴَّﺔً ﻟَﺎ ﺗَﺴْﺄَﻟُﻮﻫُﻢْ ﻋَﻦْ ﺷَﻲْﺀٍ ﻓَﻴُﺨْﺒِﺮُﻭﻛُﻢْ
ﺑِﺤَﻖٍّ ﻓَﺘُﻜَﺬِّﺑُﻮﺍ ﺑِﻪِ ﺃَﻭْ ﺑِﺒَﺎﻃِﻞٍ ﻓَﺘُﺼَﺪِّﻗُﻮﺍ ﺑِﻪِ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻱ ﻧَﻔْﺴِﻲ ﺑِﻴَﺪِﻩِ
ﻟَﻮْ ﺃَﻥَّ ﻣُﻮﺳَﻰ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻛَﺎﻥَ ﺣَﻴًّﺎ ﻣَﺎ ﻭَﺳِﻌَﻪُ ﺇِﻟَّﺎ
ﺃَﻥْ ﻳَﺘَّﺒِﻌَﻨِﻲ
“Dari Jabir bin Abdullah
‘Umar bin khatab menemui Nabi saw dengan membawa tulisan yang dia dapatkan dari
Ahli Kitab. Nabi saw terus membacanya dan marah seraya bersabda: “Bukankah
isinya hanya orang-orang yang bodoh Wahai Ibnu Khattab?. Demi Dzat yang jiwaku
berada di tanganNya, saya datang kepada kalian dengan membawa cahaya yang
terang. Janganlah kalian bertanya kepada mereka tentang sesuatu ! Bagaimana
jika mereka mengabari kalian kebenaran lalu kalian mendustakannya atau mereka
(menyampaikan) kebathilan lalu kalian membenarkannya?. Demi yang jiwaku berada
di tanganNya, seandainya Musa as hidup maka tidak ada jalan lain selain dia
mengikutiku. ”
(Riwayat Imam Ahmad dalam Musnadnya 3/387 nomor 14623, dan
Al-Baihaqi dalam Syu’bul Iman, dan Ad-Darimi 1/115-116 dengan lebih sempurna.
Hadits ini menurut Abdur Rahman Abdul Khaliq berderajat Hasan, karena punya
banyak jalan menurut Al-Lalkai dan Al-Harwi dan lainnya).
Dalam Hadits itu terdapat pengertian sebagai berikut:
I. Rasulullah saw melarang Umat Islam mencari petunjuk selain Al
Quran dan As Sunnah. Termasuk tuntutan iman kepada Al-Quran dan As Sunnah
adalah meyakini bahwa petunjuk itu adanya hanyalah pada keduanya (Al-Quran dan
As Sunnah) itu.
II. Rasulullah saw telah membawa agama yang suci murni, tidak
dikaburkan oleh pembuat kekaburan berupa perubahan, penggantian, atau penyelewengan.
Sedang para sahabat menerima agama Islam itu dengan wungkul (utuh) dan murni.
Maka bagaimana mereka akan berpaling darinya dan mencari petunjuk kepada
hal-hal yang menyerupai penyelewengan, penggantian, dan penambahan serta
pengurangan.
III. Bahwa Nabi Musa as sendiri yang dituruni Kitab Taurat
seandainya dia masih hidup pasti dia wajib mengikuti Rasul saw dan meninggalkan
syari’at yang telah dia sampaikan kepada manusia.
Nabi dengan tegas melarang umatnya mengambil sumber lain untuk
mendekatkan diri kepada Allah, walaupun sumber itu berasal dari Nabi2
terdahulu. Karena setiap Nabi membawa syariat masing2. Sampai Nabi saw
mengisyaratkan seandainya Musa as hidup di zaman Rasulullah, maka dia (Musa as)
wajib mengikuti syariat Nabi saw, padahal Musa as adalah seorang Nabiyullah
juga.
------------------------
Bagaimana bisa ada seorang ustadz apalagi konon disebut Ahli
Hadits kok malah mencari petunjuk bukan dari Al Quran dan As Sunnah. Ini kan
sudah kebablasan.
Sudah tidak mengindahkan perintah Rasululllah, ditambah lagi
dengan kedangkalan ilmunya, wajar saja kalau dia tergelincir ke jurang
kesesatan.
مَنْ يَهْدِاللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا
هَادِيَ لَهُ
"Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tak ada
sanggup menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tak
ada yang sanggup memberikan petunjuk padanya".
Inilah Saefudin, satu contoh orang yang dicabut hidayah dari
dirinya oleh Allah sehingga dia tak mampu lagi menggunakan nalar untuk melihat
ketidarasionalan sebuah ajaran yang hanya dibuat oleh manusia dengan mencari
petunjuk selain Al Quran dan As Sunnah.
wa na'udzu billahi min dzalik.
اللهمَّ ثَبِتْ فُلُوْبَنَا عَلَى الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ
"Ya Allah,,,tetapkanlah hati kami selalu di atas iman dan
Islam".