Taqlid Itu Karat Yang Membandel
I.
فَسَۡٔلُوٓاْ أَهۡلَ ٱلذِّكۡرِ إِن
كُنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ ٤٣
maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan
jika kamu tidak mengetahui
(QS An Nahl : 43)
وَإِذَا قِيلَ لَهُمۡ تَعَالَوۡاْ إِلَىٰ
مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ وَإِلَى ٱلرَّسُولِ قَالُواْ حَسۡبُنَا مَا وَجَدۡنَا
عَلَيۡهِ ءَابَآءَنَآۚ أَوَلَوۡ كَانَ ءَابَآؤُهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ شَيۡٔٗا
وَلَا يَهۡتَدُونَ ١٠٤
Apabila dikatakan
kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti
Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati
bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka
itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?
( QS Al Maidah : 104 )
ٱتَّبِعُواْ مَن لَّا يَسَۡٔلُكُمۡ
أَجۡرٗا وَهُم مُّهۡتَدُونَ ٢١
Ikutilah
orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk
(QS Yaasiiin: 21)
إِنَّ ٱللَّهَ لَعَنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ
وَأَعَدَّ لَهُمۡ سَعِيرًا ٦٤ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۖ لَّا يَجِدُونَ
وَلِيّٗا وَلَا نَصِيرٗا ٦٥ يَوۡمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمۡ فِي ٱلنَّارِ يَقُولُونَ
يَٰلَيۡتَنَآ أَطَعۡنَا ٱللَّهَ وَأَطَعۡنَا ٱلرَّسُولَا۠ ٦٦ وَقَالُواْ
رَبَّنَآ إِنَّآ أَطَعۡنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَآءَنَا فَأَضَلُّونَا ٱلسَّبِيلَا۠
٦٧ رَبَّنَآ ءَاتِهِمۡ ضِعۡفَيۡنِ مِنَ ٱلۡعَذَابِ وَٱلۡعَنۡهُمۡ لَعۡنٗا
كَبِيرٗا ٦٨
Sesungguhnya Allah
melaknati orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala
(neraka). mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya; mereka tidak memperoleh seorang pelindungpun dan tidak (pula)
seorang penolong. Pada hari ketika muka
mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya,
andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul". Dan mereka
berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah
mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan
kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka
azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar"
( QS Al Ahzab : 64 –
68 )
II.
Taqlid (تقليد ) secara bahasa :
- Tiru ( قلد = meniru)
- Kalung atau ikatan di leher.
ما جعل في العنق
Menjadikan sesuatu di leher ( Mengalungkan sesuatu)
Sedangkan secara istilah, para Taqlid bisa didefinisikan :
الأْخْذُ فِيهِ بِقَوْل الْغَيْرِ
مَعَ عَدَمِ مَعْرِفَةِ دَلِيلِهِ
Mengambil pendapat dari orang lain tanpa mengetahui
dalilnya (hujjah). Atau mengikuti pendapat orang lain tanpa mengetahui sumber atau alasannya.
III.
Berbicara Taqlid ini agak rumit. Masalahnya Jumlah orang
awwam di dunia lebih banyak daripada jumlah orang khusus.
Apakah mengikuti itu sama dengan taqlid ?. Tentu berbeda.
Kita diperintahkan Allah agar mengikuti RasulNya. Mau
pakai akal fikir ataupun tidak, kita wajib mempercayai dan mematuhinya. Dan
Nabi juga memerintahkan agar meneladani Khulafaur Rasyidin jika tak mendapatkan
dalam Sunnahnya. Nabi tidak memberikan kriteria sikap apa yang harus dilakukan
ummatnya sehubungan dengan meneladani para Khulafur Rasyidin. Ini artinya pada
bagian tertentu, kita harus mematuhinya tanpa harus berfikir atau paham
duluan.
Berbeda pendapat dalam memandang masalah pemahaman juga dapat membuat perbedaan dalam memahami masalah taqlid. Ada yang mengatakan: "Ikuti saja dulu nanti Anda tahu". Dan ada juga yang mengatakan: "Kamu harus tahu dulu sebelum mengikuti".
Berbeda pendapat dalam memandang masalah pemahaman juga dapat membuat perbedaan dalam memahami masalah taqlid. Ada yang mengatakan: "Ikuti saja dulu nanti Anda tahu". Dan ada juga yang mengatakan: "Kamu harus tahu dulu sebelum mengikuti".
Begitu juga dengan Hukum Taqlid sangat khilafiyah banget.
Tapi ....kita bisa menyederhanakannya dengan membandingkan Hukum Menuntut Ilmu. Apa hukum orang
yang menuntut ilmu ? Apa hukum orang yang tidak belajar ? Apa hukum bagi
orang yang tidak mengerti ?. Nah semua ini sangat berhubungan erat dengan
masalah Taqlid. Jika Anda tahu hukum Orang Islam menuntut ilmu dan Hukum orang yang tak belajar, maka Anda pasti tahu apa Hukum dari taqlid itu.
IV.
Anda tahu sejarah orang yang menjadi musuh Nabi yang
bernama ABU JAHAL (bapak Bodoh) ?. Apakah dia bodoh karena tak pandai berhitung
? tak pandai menulis dan baca ?.
BUKAN !!!. Dia seorang bangsawan di tengah kaumnya. Dia
seorang Hakim di tengah kaumnya. Dan dia termasuk orang terpandang di tengah
kaumnya. Disegani. Lalu kenapa dia disebut orang BODOH ?. Itu karena dia
KEUKEUH MENGIKUTI nenek moyangnya padahal nenek moyangnya tidak berpengetahuan
(tidak tahu kebenaran). Dia hanya TAQLID pada orang-orang yang tak berilmu.
Dakwah Islam paling berat adalah menghadapi orang TAQLID yang keukeuh pada pendirian mengikuti orang orang yang tak berilmu. Ketika disampaikan suatu kebenaran kepadanya, ia akan menjawab :”CUKUPLAH APA YANG KAMI DAPAT DARI BAPAK MOYANG KAMI. ANDA TAK PERLU MENASEHATI SAYA !”. (QS Al Maidah:104)
Dakwah Islam paling berat adalah menghadapi orang TAQLID yang keukeuh pada pendirian mengikuti orang orang yang tak berilmu. Ketika disampaikan suatu kebenaran kepadanya, ia akan menjawab :”CUKUPLAH APA YANG KAMI DAPAT DARI BAPAK MOYANG KAMI. ANDA TAK PERLU MENASEHATI SAYA !”. (QS Al Maidah:104)
Nah, orang orang yang seperti Abu Jahal itu banyak di
tengah kehidupan ummat. Betapa seseorang beribadah hanya karena IKUT IKUTAN dan
ketika disampaikan dalil dalil tentang aturan ibadah, mereka ENGGAN untuk
mengikuti dalil itu dan lebih memilih mengikuti kebiasaan yang diwarisi dari
para pendahulunya atau orang yang ditokohkannya.
Inilah TAQLID BUTA.
V.
Mempercayai dan Mengikuti pada seseorang tidaklah semuanya
disebut TAQLID. Abu Bakar Ash Shidiq adalah orang yang langsung percaya pada
Nabi secara total. Tidak pakai nanya ini dan itu, Apa yang dilakukan dan
dikatakan Nabi, Abu Bakar langsung percaya dan mengikutinya. Karena itu ia
diberi gelar As Shidiq.
Untuk orang yang di posisi ini, memang manusia
diperintahkan mengikuti orang yang mendapatkan petunjuk (dari Allah) dengan
ciri TIDAK MEMINTA UPAH atas semua tindakan penyampaian risalahnya. (QS. Yaasiin:
21).
Kajian dari perihal di atas menjadikan kita mendapatkan
pemahaman baru. Bahwa argumen / hujjah (dalalah) bisa didapat setelah kita melakukan
praktek dulu. Tidak seperti pemahaman yang umumnya mengatakan Kalau mau praktek
(ibadah) harus tahu dulu ilmunya dan tanpa ilmu ibadah tidak akan diterima.
Lalu di mana titik temu dari dua keadaan itu ?
Yang mempunyai pemahaman : "Ikuti (praktek) dulu nanti
datang ilmu", ini bisa dipakai jika kita berada dalam bimbinan Ahli Ilmu.
Sedangkan yang mempunyai pemahaman "Paham dulu sebelum praktek" jika kita berada di tengah ummat dan bukan dalam bimbingan Ahli Ilmu. Karenan itu Ilmu dulu, baru
praktek (ibadah). Karena untuk MENGIKUTI orang yang mendapatkan hidayah itu juga ada perintah (dalilnya).
Sekali lagi, Ini BUKAN TAQLID. Karena ada Pembimbing
(Guru).
Imam Ghazali dalam mengatakan:
العامي
يجب عليه الاستفتاء واتباع العلماء
Orang awam wajib meminta fatwa dan ikut pada (pendapat)
ulama.
VI.
Akhirnya, kesimpulannya adalah
Setiap Muslim Wajib belajar dali dalil syar’i untuk menjadikan dasar beribadah
kepada Allah. Selalu bertanya untuk yang belum dimengerti. Jangan asal ikut tanpa mengetahui dasar hukumnya. (QS. An Nahl : 43)
والله أعلم بالصواب