Apakah Idul Fithri Yang
Anda Rayakan Dapat Mengembalikan Kefithrian Anda ?
Pemahaman Idul
Fithri biasanya ada dua penjelasan yang banyak kita dengar di setiap khutbah
atau ceramah Para Ustadz. Ada yang mengartikan Idul Fithri itu dimaksudkan “Kembali
Berbuka (boleh makan dan minum)”
dan ada yang mengartikan bahwa Idul Fithri itu “Kembali Suci”.
Dalam artikel
ini, saya tidak tertarik dengan pengertian “Kembali boleh makan dan minum”, tapi lebih tertarik pada :
فَأَقِمۡ
وَجۡهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفٗاۚ فِطۡرَتَ ٱللَّهِ ٱلَّتِي فَطَرَ ٱلنَّاسَ
عَلَيۡهَاۚ لَا تَبۡدِيلَ لِخَلۡقِ ٱللَّهِۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ
وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ ٣٠
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus
kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui
(QS Ar Ruum : 30)
Pada ayat di
atas, Fithrah Anda adalah ISTIQAMAH berada pada aturan yang hanif ( lurus).
Karena Allah menciptakan manusia dalam keadaan fithrah (suci). Baik yang lahir
dari orang tua yang beragama apapun dan dari kelahiran apapun, yang pasti
manusia diciptakan dalam keadaan suci. Dari sejak dilahirkan hingga meninggalkan
dunia, Allah swt telah menetapkannya dalam keadaan suci. Tetapi kesucian itu dikotori oleh manusia sendiri.
Di atas jelas,
Fithrah manusia adalah “fa aqim wajhaka liddiini HANIIFA”. Selalu istiqamah
berjalan di atas diin haniif.
- Agama yang dibawa Ibrahiim (QS. Ali Imran : 67)
- Tidak syirik
- Mencari kebenaran dari Sumbernya. Bukan mencari di Kaum adat.
- Selalu Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Beranikah Anda
mencari kebenaran seperti Ibrahim mencari Tuhan semesta alam dengan menggunakan
akal sehat ?.
Beranikah Anda melawan arus menentang kekufuran ?
Beranikah Anda Tidak
syirik ?
Beranikah menghadapi marabahaya dengan taruhan nyawa sebagaimana Ibrahim
yang dibakar hidup hidup demi mempertahankan kebenaran ?
Jangan pernah
merasa haniif jika Anda setiap hari masih bersentuhan dan bersama kemusyrikan
walau tersamar !!!. Karena QS 2:67 menyatakan pribadi seorang haniif yang
dicontohkan Ibrahim as sebagai figur Bapak Tauhid .
Jadi, apa makna
Idul Fithri yang Anda rayakan setiap tahun ba’da Ramadlan ?
Setidaknya, saya
berpendapat bahwa jika manusia sanggup mengambil ilmu dalam puasa Ramadlan,
maka manusia akan mencukupkan dirinya dengan ilmu itu. Tidak memerlukan Ilmu
yang aneh yang pada akhirnya mengajak hatinya menuju ke kesesatan. Sayangnya,
banyak dari kita yang menganggap bahwa puasa Ramadlan HANYA SEKEDAR kewajiban.
Dan enggan mengambil ilmunya.
Tentu bagi
manusia yang bersedia mengambil ilmu dari puasa akan mempraktekan latihan
selama sebulan penuh untuk dijadikan dasar kehidupan (Rukun Hayah). Dan orang itu
tidak lagi menganggap puasa hanya sekedar menahan lapar dan haus. Tapi
berlatih dan berlatih untuk mendapatkan kebahagiaan sejati
وَأَمَّا مَنۡ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفۡسَ
عَنِ ٱلۡهَوَىٰ ٤٠ فَإِنَّ ٱلۡجَنَّةَ هِيَ ٱلۡمَأۡوَىٰ ٤١
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan
diri dari keinginan hawa nafsunya. maka sesungguhnya surgalah tempat
tinggal(nya)
(QS An Naazi’at :
40-41)
Dengan Rahmat
dari Allah, manusia diberi kesempatan utnuk kembali ke fithrahnya sebagaimana
sudah menjadi ketetapan dari Allah untuk manusia. Tawaran berlaku sepanjang
hayat manusia untuk Idul Fithri. Tentu dalam tawaran itu, kita tidak boleh lagi melakukan pekerjaan yang dilarang oleh Allah. Harus berani mengambil sikap untuk
menegakkan kebenaran dan meninggalkan kemunkaran, kemaksiatan, kefasiqan,
kekufuran dan kemjusyrikan.
Jika manusia
bersedia untuk merubah dirinya dari kotoran (dzunub), maka inilah yang dimaksud
dengan
إِنَّ ٱللَّهَ
لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ
Sesungguhnya
Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri.
(QS. Ar Ra’d : 11)
QS. Ar Ra'd :11 sangat jelas mengajarkan pada kita APA KITA MAU BERUBAH.
Seringkali, ayat ini dipakai untuk hujjah agar manusia giat mencari kesuksesan materi atau duniawi. Seolah kita harus berakselerasi dalam bekerja dan berusaha agar tidak jatuh miskin. Padahal, ayat ini mendidik manusia agar selalu "kembali ke fithrah" dan tentunya....untuk "kembali ke fitrah" butuh usaha yang sungguh sungguh.
Kalau tentang urusan duniawi, Nabi sudah berpesan :
انتم اعلم بدنيائكم
"Anda lebih tahu duniamu".
Jadi yang dimaksud dengan ajakan "BERUBAH" itu, apakah mau berubah untuk kembali ke Fithrah ataukah mau berubah agar menjadi orang kaya bergantung pada i'tikad Anda.
والله اعلم بالصواب