TAWASUL
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah carilah perantara mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kalian bahagia.
(QS. Al Maidah: 35)
Mereka, yaitu orang-orang yang kalian seru itu sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka.
(Al Isra: 57)
Artinya persoalan tawasul itu bukan persoalan yang dikonsep oleh para ulama atau manusia. Tapi ini benar-benar perintah Allah sebagaimana tersebut dalam ayat Al Quran di atas. Hanya saja yang jadi persoalan adalah “APA SIH TAWASUL ITU ?”
Untuk Anda yang ingin tahu apa arti dan Pengertian tentang TAWASUL itu, ada baiknya membaca Kitab Tafsir Klasik dulu, seperti Tafsir Al Qurthuby, Tafsir Ibnu Katsir ataupun Tafsir Thabary. Karena Ketiga tafsir itu setidaknya lebih tua dari Republik ini. Tinggalkan dulu pandangan khilafiyah (perbedaan pendapat) dari berbagai madzhab atau qawl Imam. Nanti setelah Anda paham, silakan anda mengambil resume dengan benar dengan tetap mengacu pada dasar dalil yang qath’i. Hal ini agar Anda terhindar dari kesimpangsiuran pandangan yang berbeda dari setiap pendapat.
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ali Al-Abar, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Abdul Malik Al-Harrani, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu A'yan, dari Ibnu Abu Zi-b, dari Muhammad ibnu Amr ibnu Ata, dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam telah bersabda: Mohonkanlah kepada Allah oleh kalian al-wasilah untukku, karena sesungguhnya tidak sekali-kali seseorang hamba memohonkannya untukku di dunia ini melainkan aku akan membelanya atau memberikan syafaat untuknya di hari kiamat nanti.
Tolong….dicermati !!!
Mungkin Anda hendak berargumen bahwa MENDOAKAN SESAMA MUSLIM itu adalah kebaikan. Kalau alasannya begitu, memang benar. Mendoakan sesama muslim / mu’min itu adalah ibadah. Bahkan dianjurkan. Tetapi di sini bukan mengirimkan paket (Al Fatihah/ Doa). Mengirim doa / Fatihah BERBEDA dengan Mendoakan. Anda mengirimkan (menghadiahkan) doa pada seseorang, berarti Anda
sudah MEMASTIKAN doa Anda diterima dan ganjarannya diberikan pada orang lain.
Apakah begitu keyakinan Anda ?.
Saudara saudaraku ! mengenai TAWASUL ini ayatnya bergandengan dengan KETAQWAAN. Dan lafadh yang bergandengan dengan perintah TAQWA mengandung makna amar ma’ruf nahi munkar ( Kudu Hati Hati).
Apakah Anda suka ziarah ke kuburan Walisongo ? Apakah Anda suka
kirim Fatihah ke orang yang sudah meninggal ? Disebut apakah ritual
itu ? tawasulan kah ? tabarukan kah ? atau apa ?
Mungkin Anda beranggapan mengirim fatihah itu pada orang yang sudah mati termasuk ibadah. Dan bagi yang suka mengirim Al Fatihah seolah menganggap bahwa bacaan A Fatihahnya akan diterima oleh Allah lalu pahalanya dapat dikirimkan pada si ahli Qubur.
Saya bukan hendak mengajak Anda berdebat. Tetapi mencoba mengajak Anda kembali pada dalil qath’i dan mengambil contoh dari Perilaku Nabi sebagai Panutan. Tak perlu penjabaran yang rumit mengenai WASILAH ( tawasulan) ini asalkan kita mau membuka fikiran dan menerima apa adanya dengan tidak menambahkurangi sesuatu yang tak pernah dicontohkan oleh Nabi saw. Sebab Islam yang benar adalah Islam yang NYONTEK NABI. Bukan yang menambah-nambahi dan atau mengurang-ngurangi.
Jika Anda MENYONTEK NABI saw, maka PASTI dijamin benar dan selamat !.
***
Bahwa dalam Islam ada TAWASUL atau WASILAH, memang benar. Dasar hukumnya memang ada. Coba chek di QS Al Maidah:35 ! Di sana jelas ada perintah untuk orang orang bertaqwa hendaknya bertawasul untuk menuju Allah. Tetapi,,,,apakah yang dimaksud dengan "Tawasul" itu sama dengan "Mengirim Al Fatihah" ?.
Mungkin Anda beranggapan mengirim fatihah itu pada orang yang sudah mati termasuk ibadah. Dan bagi yang suka mengirim Al Fatihah seolah menganggap bahwa bacaan A Fatihahnya akan diterima oleh Allah lalu pahalanya dapat dikirimkan pada si ahli Qubur.
Saya bukan hendak mengajak Anda berdebat. Tetapi mencoba mengajak Anda kembali pada dalil qath’i dan mengambil contoh dari Perilaku Nabi sebagai Panutan. Tak perlu penjabaran yang rumit mengenai WASILAH ( tawasulan) ini asalkan kita mau membuka fikiran dan menerima apa adanya dengan tidak menambahkurangi sesuatu yang tak pernah dicontohkan oleh Nabi saw. Sebab Islam yang benar adalah Islam yang NYONTEK NABI. Bukan yang menambah-nambahi dan atau mengurang-ngurangi.
Jika Anda MENYONTEK NABI saw, maka PASTI dijamin benar dan selamat !.
***
Bahwa dalam Islam ada TAWASUL atau WASILAH, memang benar. Dasar hukumnya memang ada. Coba chek di QS Al Maidah:35 ! Di sana jelas ada perintah untuk orang orang bertaqwa hendaknya bertawasul untuk menuju Allah. Tetapi,,,,apakah yang dimaksud dengan "Tawasul" itu sama dengan "Mengirim Al Fatihah" ?.
Al
Quran
يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَابْتَغُوْا
إِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُوْا فِيْ سَبِيْلِهٖ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah carilah perantara mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kalian bahagia.
(QS. Al Maidah: 35)
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ
الْوَسِيلَةَ
Mereka, yaitu orang-orang yang kalian seru itu sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka.
(Al Isra: 57)
Artinya persoalan tawasul itu bukan persoalan yang dikonsep oleh para ulama atau manusia. Tapi ini benar-benar perintah Allah sebagaimana tersebut dalam ayat Al Quran di atas. Hanya saja yang jadi persoalan adalah “APA SIH TAWASUL ITU ?”
Untuk Anda yang ingin tahu apa arti dan Pengertian tentang TAWASUL itu, ada baiknya membaca Kitab Tafsir Klasik dulu, seperti Tafsir Al Qurthuby, Tafsir Ibnu Katsir ataupun Tafsir Thabary. Karena Ketiga tafsir itu setidaknya lebih tua dari Republik ini. Tinggalkan dulu pandangan khilafiyah (perbedaan pendapat) dari berbagai madzhab atau qawl Imam. Nanti setelah Anda paham, silakan anda mengambil resume dengan benar dengan tetap mengacu pada dasar dalil yang qath’i. Hal ini agar Anda terhindar dari kesimpangsiuran pandangan yang berbeda dari setiap pendapat.
As
Sunnah
في صحيح البخاري من طريق محمد بن المنكدر عن جابر بن عبد الله
قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " من قال حين يسمع النداء : اللهم رب
هذه الدعوة التامة ، والصلاة القائمة ، آت محمدا الوسيلة والفضيلة ، وابعثه مقاما محمودا
الذي وعدته ، إلا حلت له الشفاعة يوم القيامة " . (رواه البخارى)
Barang siapa ketika mendengar suara azan (yakni
sesudahnya) mengucapkan doa berikut, yaitu: "Ya Allah, Tuhan pemilik
seruan yang sempurna ini dan (Tuhan) salat yang didirikan,
berikanlah (kedudukan) Muhammad al-wasilah dan keutamaan, dan
tempatkanlah dia pada kedudukan yang terpuji seperti apa yang telah Engkau
janjikan kepadanya, " niscaya syafaat akan diperolehnya pada hari kiamat.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui hadis Ka'b ibnu Alqamah, dari Abdur Rahman ibnu Jubair, dari Abdullah ibnu Amr ibnul As, bahwa ia pernah mendengar Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui hadis Ka'b ibnu Alqamah, dari Abdur Rahman ibnu Jubair, dari Abdullah ibnu Amr ibnul As, bahwa ia pernah mendengar Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:
في صحيح مسلم : من حديث كعب عن علقمة عن عبد الرحمن بن جبير
عن عبد الله بن عمرو بن العاص أنه سمع النبي صلى الله عليه وسلم يقول : " إذا
سمعتم المؤذن فقولوا مثل ما يقول ، ثم صلوا علي ، فإنه من صلى علي صلاة صلى الله عليه
بها عشرا ، ثم سلوا الله لي الوسيلة ، فإنها منزلة [ ص: 104 ] في الجنة ، لا تنبغي
إلا لعبد من عباد الله ، وأرجو أن أكون أنا هو ، فمن سأل لي الوسيلة حلت عليه الشفاعة
" ( رواه مسلم كما ذكره فى كتاب السنن
الكبرى)
Apabila kalian mendengar suara muadzin, maka ucapkanlah seperti
apa yang diucapkannya, kemudian bacalah salawat untukku, karena sesungguhnya
barang siapa yang membaca salawat sekali untukku, Allah membalas sepuluh kali
salawat untuknya. Kemudian mohonkanlah al-wasilah untukku, karena sesungguhnya
al-wasilah adalah suatu kedudukan di dalam surga yang tidak layak kecuali bagi
seseorang hamba Allah saja, dan aku berharap semoga aku adalah hamba yang
dimaksud. Dan barang siapa yang memohonkan al-wasilah buatku, niscaya akan
mendapat syafaat (dariku).
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ،
أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ، عَنْ لَيْث، عَنْ كَعْبٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ؛ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِذَا صَلَّيْتُمْ عَليّ فَسَلُوا
لِي الْوَسِيلَةَ". قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا الْوَسِيلَةُ؟ قَالَ:
"أعْلَى دَرَجَةٍ فِي الْجَنَّةِ، لَا يَنَالُهَا إِلَّا رَجُلٌ وَاحِدٌ وَأَرْجُو
أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ (ذكره فى المعجم الأوسط)
Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdur
Razzaq, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-Lais, dari Ka'b, dari
Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam telah
bersabda: Apabila kalian memanjatkan salawat untukku, maka mohonkanlah
al-wasilah buatku. Ketika ditanyakan, "Wahai Rasulullah, apakah al-wasilah itu?"
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menjawab: Kedudukan yang paling
tinggi di surga, tidak ada seseorang pun yang dapat meraihnya kecuali seorang
lelaki, dan aku berharap semoga aku adalah orangnya.
قَالَ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدُويه: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْبَاقِي
بْنُ قَانِعٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ نَصْرٍ التِّرْمِذِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدُ
الْحَمِيدِ بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنَا أَبُو شِهَابٍ، عَنْ لَيْثٍ، عَنِ الْمُعَلَّى،
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ كَعْبٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَفَعَهُ قَالَ: "صَلُّوا
عليَّ صَلَاتَكُمْ، وسَلُوا اللَّهَ لِي الْوَسِيلَةَ". فَسَأَلُوهُ وَأَخْبَرَهُمْ:
"أَنَّ الْوَسِيلَةَ دَرَجَةٌ فِي الْجَنَّةِ، لَيْسَ يَنَالُهَا إِلَّا رَجُلٌ
وَاحِدٌ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَهُ".
(ابو هريرة)
Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abdul Baqi ibnu Qani', telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Nasr
At-Turmuzi, telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid ibnu Saleh, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Syihab. dari Lais, dari Al-Muala, dari Muhammad
ibnu Ka'b, dari Abu Hurairah yang me-rafa'-kannya (sampai kepada Nabi
Shallallahu'alaihi Wasallam), disebutkan: Bacalah salawat untukku dalam
salat kalian, dan mohonkanlah kepada Allah al-wasilah untukku. Ketika
mereka menanyakan tentang al-wasilah kepadanya, beliau
menjawab, "Al-wasilah adalah suatu kedudukan di dalam surga, yang
tidak dapat diraih kecuali hanya oleh seorang saja,"dan beliau berharap
semoga diri beliau adalah orang yang dimaksud.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: أَخْبَرْنَا
أَحْمَدُ بْنُ عَلِيٍّ الْأَبَّارُ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ الْحَرَّانِيُّ،
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ أَعْيَنَ، عَنِ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو
بْنِ عَطَاءٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم:
"سلوا الله لي الْوَسِيلَةَ، فَإِنَّهُ لَمْ يَسْأَلْهَا لِي عَبْدٌ فِي الدُّنْيَا
إِلَّا كُنْتُ لَهُ شَهِيدًا -أَوْ: شَفِيعًا-يَوْمَ الْقِيَامَةِ". (كتاب السنن الكبرى)
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ali Al-Abar, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Abdul Malik Al-Harrani, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu A'yan, dari Ibnu Abu Zi-b, dari Muhammad ibnu Amr ibnu Ata, dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam telah bersabda: Mohonkanlah kepada Allah oleh kalian al-wasilah untukku, karena sesungguhnya tidak sekali-kali seseorang hamba memohonkannya untukku di dunia ini melainkan aku akan membelanya atau memberikan syafaat untuknya di hari kiamat nanti.
رَوَى ابْنُ مَرْدَوَيْهِ بِإِسْنَادِهِ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ
غَزِيةَ، عَنْ مُوسَى بْنِ وَرْدان: أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ يَقُولُ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "أن الْوَسِيلَةَ دَرَجَةٌ
عِنْدَ اللَّهِ، لَيْسَ فَوْقَهَا دَرَجَةٌ، فسَلُوااللَّهَ أَنْ يُؤْتِيَنِي الْوَسِيلَةَ
عَلَى خَلْقِهِ ". (المعجم الأوسط ومجمع الزاوئد ومنبع الفوائد و مسند الإمام
أحمد)
Ibnu Murdawaih telah meriwayatkan berikut kedua sanadnya, dari
Imarah ibnu Gazyah, dari Musa ibnu Wardan; ia pernah mendengar Abu Sa'id
Al-Khudri mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam telah
bersabda: Sesungguhnya al-wasilah itu adalah suatu kedudukan di sisi Allah
yang di atasnya tiada kedudukan lagi. Maka mohonkanlah kepada Allah, semoga Dia
memberiku al-wasilah buat makhluk-Nya.
***
***
Tafsir :
وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ أي: القرب منه، والحظوة لديه، والحب له، وذلك بأداء
فرائضه القلبية، كالحب له وفيه، والخوف والرجاء، والإنابة والتوكل. والبدنية: كالزكاة
والحج. والمركبة من ذلك كالصلاة ونحوها، من أنواع القراءة والذكر، ومن أنواع الإحسان
إلى الخلق بالمال والعلم والجاه، والبدن، والنصح لعباد الله، فكل هذه الأعمال تقرب
إلى الله.
ولا يزال العبد يتقرب بها إلى الله حتى يحبه الله، فإذا أحبه
كان سمعه الذي يسمع به، وبصره الذي يبصر به، ويده التي يبطش بها، ورجله التي يمشي بها،
ويستجيب الله له الدعاء. انتهـى من تيسير الكريم الرحمن تفسير كلام المنان
Menurut kesimpulan dari beberapa tafsir, yang dimaksud WASILAH
sebagaimana yang tercantum dalam ayat وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ adalah Mendekat kepada Allah, Lebih Memilih Ibadah
PadaNya dan Mencintai. Prakteknya dengan hati (cinta, takut dan
harapan), dengan badaniyah ( seperti zakat dan hajji), dengan runutan yang
tertata ( seperti shalat dan dzikir) atau dengan kebaikan – kebaikan sesama makhluq seperti
( membantu dengan harta, ilmu, dan menolong dengan pikiran dan tenaga),
menasehati agar beribadah kepada Allah. Itu semua amalan amalan yang dapat
mendekatkan diri kepada Allah swt..
Orang yang mengaku beriman TIDAK BOLEH BERHENTI BERWASILAH hingga pendengarannya dengan Allah orang itu mendengar, bisa dengan Allah orang itu melihat, dengan Allah orang orang itu memegang , dan dengan Allah orang itu berjalan. (tafsir Al Kariim Ar Rahman Kalam Al Manan)
Orang yang mengaku beriman TIDAK BOLEH BERHENTI BERWASILAH hingga pendengarannya dengan Allah orang itu mendengar, bisa dengan Allah orang itu melihat, dengan Allah orang orang itu memegang , dan dengan Allah orang itu berjalan. (tafsir Al Kariim Ar Rahman Kalam Al Manan)
والوسيلة: هي التي يتوصل بها إلى تحصيل المقصود، والوسيلة
أيضًا: علم على أعلى منزلة في الجنة، وهي منزلة رسول الله صلى الله عليه وسلم وداره
في الجنة، وهي أقرب أمكنة الجنة إلى العرش. انتهى من تفسير ابن كثير.
Al-wasilah ialah sesuatu yang dijadikan sebagai sarana untuk
mencapai tujuan. Al-wasilah mengandung makna "nama suatu tempat yang
tertinggi di dalam surga, yaitu tempat Rasulullah Shallallahu'alaihi
Wasallam dan tempat tinggalnya di dalam surga. Tempat ini
merupakan bagian dari surga yang paling dekat ke 'Arasy.
Qatadah mengatakan, makna yang dimaksud (wasilah /tawasul) itu ialah "mendekatkan diri kepada-Nya dengan taat kepada-Nya dan mengerjakan hal-hal yang diridai-Nya".
Qatadah mengatakan, makna yang dimaksud (wasilah /tawasul) itu ialah "mendekatkan diri kepada-Nya dengan taat kepada-Nya dan mengerjakan hal-hal yang diridai-Nya".
وقال قتادة: أي تقربوا إليه بطاعته والعمل بما يرضيه. وهذا
الذي قاله هؤلاء الأئمة لا خلاف بين المفسرين فيه
Yang dimaksud WASILAH itu mendekat kepada Allah dengan penuh
ketaatan kepadaNya disertai amalan yang diridlai. Dan ini disepakati Ahli
Tafsir. Tidak ada khilafiyah (perbedaan) di antara mereka.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan :
WASILAH itu jalan atau sarana untuk menghasilkan sesuatu
1. Secara etimologi, WASILAH itu bermakna : mendekatkan
diri (القربى)
2. Secara terminologi, WASILAH itu sarana atau jalan menuju Allah
untuk mendekatkan diri.
Pendapat yang telah dikatakan oleh para imam ini tiada seorang pun dari kalangan mufassirin yang memperselisihkannya. Sampai di sini kita masih sepakat. Dan saya yakin, Anda pasti setuju dengan dalil dalil di atas. Karena nash yang di atas masih dari Al Quran, As Sunnah dan ATsar serta Tafsir Salaf ( kuno).
***
Sekarang… setelah dalil dalil itu dipaparkan, tak ada satupun yang pernyataan yang mengatakan bahwa Tawasul (wasilah) itu sama dengan "mengirim Al Fatihah". Dan kita melihat kenyataan di kehidupan nyata ada orang yang mengirim doa, mengirim Fatihah atau berziarah qubur ke Kuburan kuburan atas nama WASILAH.
MASIHKAH ANDA BERANGGAPAN BAHWA KIRIM DOA / AL FATIHAH ITU DISEBUT WASILAH ?
Ada sebuah peristiwa di mana pada zaman Rasulullah, orang berwasilah pada Nabi. Dan Nabi di saat itu masih hidup. Orang itu BERWASILAH Nabi saw agar mendoakannya karena menganggap Nabi lebih dekat kepada Allah swt. BUKAN menghadiahi fatihah / doa pada Nabi.
Ada juga suatu peristiwa ketika Umar bin Khathab berwasilah pada Abbas (paman Nabi) ketika mengharapkan turun hujan. Saat itu Abbas ra masih hidup dan Nabi saw sudah wafat. Pertanyaan yang timbul di sini adalah Kenapa Umar tidak berwasilah kepada Nabi, kok malah berwasilah pada Abbas ra ? Kenapa TIDAK MENGIRIM ALFATIHAH sebagai wasilah kepada nabi saw yang sudah wafat ? Bukankah Nabi saw lebih dekat kepada Allah swt daripada Abbas ra (Paman Nabi) ? Bukankah menurut Al Quran bahwa orang beriman yang meninggal itu sebenarnya hidup bahkan diberi rizqi ? . Itu semua Karena TAWASUL itu BUKAN KIRIM FATIHAH atau HADIAH FATIHAH.
Pendapat yang telah dikatakan oleh para imam ini tiada seorang pun dari kalangan mufassirin yang memperselisihkannya. Sampai di sini kita masih sepakat. Dan saya yakin, Anda pasti setuju dengan dalil dalil di atas. Karena nash yang di atas masih dari Al Quran, As Sunnah dan ATsar serta Tafsir Salaf ( kuno).
***
Sekarang… setelah dalil dalil itu dipaparkan, tak ada satupun yang pernyataan yang mengatakan bahwa Tawasul (wasilah) itu sama dengan "mengirim Al Fatihah". Dan kita melihat kenyataan di kehidupan nyata ada orang yang mengirim doa, mengirim Fatihah atau berziarah qubur ke Kuburan kuburan atas nama WASILAH.
MASIHKAH ANDA BERANGGAPAN BAHWA KIRIM DOA / AL FATIHAH ITU DISEBUT WASILAH ?
Ada sebuah peristiwa di mana pada zaman Rasulullah, orang berwasilah pada Nabi. Dan Nabi di saat itu masih hidup. Orang itu BERWASILAH Nabi saw agar mendoakannya karena menganggap Nabi lebih dekat kepada Allah swt. BUKAN menghadiahi fatihah / doa pada Nabi.
Ada juga suatu peristiwa ketika Umar bin Khathab berwasilah pada Abbas (paman Nabi) ketika mengharapkan turun hujan. Saat itu Abbas ra masih hidup dan Nabi saw sudah wafat. Pertanyaan yang timbul di sini adalah Kenapa Umar tidak berwasilah kepada Nabi, kok malah berwasilah pada Abbas ra ? Kenapa TIDAK MENGIRIM ALFATIHAH sebagai wasilah kepada nabi saw yang sudah wafat ? Bukankah Nabi saw lebih dekat kepada Allah swt daripada Abbas ra (Paman Nabi) ? Bukankah menurut Al Quran bahwa orang beriman yang meninggal itu sebenarnya hidup bahkan diberi rizqi ? . Itu semua Karena TAWASUL itu BUKAN KIRIM FATIHAH atau HADIAH FATIHAH.
Tolong….dicermati !!!
Mungkin Anda hendak berargumen bahwa MENDOAKAN SESAMA MUSLIM itu adalah kebaikan. Kalau alasannya begitu, memang benar. Mendoakan sesama muslim / mu’min itu adalah ibadah. Bahkan dianjurkan. Tetapi di sini bukan mengirimkan paket (Al Fatihah/ Doa). Mengirim doa / Fatihah BERBEDA dengan Mendoakan.
Saudara saudaraku ! mengenai TAWASUL ini ayatnya bergandengan dengan KETAQWAAN. Dan lafadh yang bergandengan dengan perintah TAQWA mengandung makna amar ma’ruf nahi munkar ( Kudu Hati Hati).
Perhatikan ! يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ - وَابْتَغُوْا إِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ - وَجَاهِدُوْا
Ini bukan persoalan spele. Ayat ini tidak boleh diputar-puter,
tidak boleh dibelok-belokan, dan tidak boleh dirubah maknanya. Hadits sebagai
penafsir Al Quran sudah ada. Tafsir dari Mufassirin sudah ada. Lalu kenapa
dipraktekan dengan “KIRIM DOA / FATIHAH” ?.
Ingat !!! Sebaik baik tafsir Al Quran adalah Al Quran itu sendiri. Dan sesudahnya adalah As Sunnah lalu Al Atsar.
Jadi BUAT APA, ayat yang begitu jelas tafsirannya kok malah dipraktekan dengan cara yang tidak termaksud dalam hadits Nabi ataupun Atsar, bahkan tafsir salaf juga. Apapun Ibadah Orang Islam itu HARUS NYONTEK NABI. Tanpa contoh dari Nabi, ibadah seseorang akan tertolak.
Buat Para Ahli Tawasul dengan kirim Fatihah, saya minta tolong….TUNJUKKAN SATU HADITS / AS SUNNAH JIKA NABI PERNAH KIRIM DOA / AL FATIHAH KE SI FULAN !!! (Ingat Ngirim Doa / bukan mendoakan).
Apakah Anda hendak berdalih bahwa bertawasul itu samadengan TABARUK (mencari berkah) ?. jika alasannya ini, malah terlalu bengkok. Jauh BANGETTTTT !.
***
Ingat !!! Sebaik baik tafsir Al Quran adalah Al Quran itu sendiri. Dan sesudahnya adalah As Sunnah lalu Al Atsar.
Jadi BUAT APA, ayat yang begitu jelas tafsirannya kok malah dipraktekan dengan cara yang tidak termaksud dalam hadits Nabi ataupun Atsar, bahkan tafsir salaf juga. Apapun Ibadah Orang Islam itu HARUS NYONTEK NABI. Tanpa contoh dari Nabi, ibadah seseorang akan tertolak.
Buat Para Ahli Tawasul dengan kirim Fatihah, saya minta tolong….TUNJUKKAN SATU HADITS / AS SUNNAH JIKA NABI PERNAH KIRIM DOA / AL FATIHAH KE SI FULAN !!! (Ingat Ngirim Doa / bukan mendoakan).
Apakah Anda hendak berdalih bahwa bertawasul itu samadengan TABARUK (mencari berkah) ?. jika alasannya ini, malah terlalu bengkok. Jauh BANGETTTTT !.
***
وَلَا تَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ
أَمۡوَٰتَۢاۚ بَلۡ أَحۡيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمۡ يُرۡزَقُونَ
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu
mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki (Ali Imran:169)
Ayat ini juga suka dijadikan argumen bagi orang orang yang suka NGALAP BERKAH di kuburan. Sungguh miris jika ayat ini dipakai sebagai pembenaran atas tindakan suatu kaum yang hobi nyari berkah di kuburan. Terlalu jauh pemahaman itu. Mereka pikir orang mati bisa dihadirkan dengan mengirimi doa / Al Fatihah
***
Ayat ini juga suka dijadikan argumen bagi orang orang yang suka NGALAP BERKAH di kuburan. Sungguh miris jika ayat ini dipakai sebagai pembenaran atas tindakan suatu kaum yang hobi nyari berkah di kuburan. Terlalu jauh pemahaman itu. Mereka pikir orang mati bisa dihadirkan dengan mengirimi doa / Al Fatihah
***
Tawasul
Yang Benar Dan Tak Disadari
Singkat cerita, Pak Yanto lagi nyalon jadi ketua RT. Lalu dia
memanggil anak anak yatim atau Kaum Dluafa datang ke rumahnya untuk dimintai doa. Pak Yanto beranggapan Anak Anak Yatim dan Kaum Dluafa lebih dekat kepada Allah swt. Mereka yang diminta mendoakan Pak Yanto datang dan berkumpul di rumahnya
untuk mengaji atau berdoa. Mendoakan Pak Yanto agar hajatnya terkabul. Saat
menjelang pulang Pak Yanto memberikan amplop (uang) sembari berkata “minta doa…..agar aku bisa jadi ketua RT”
1. Minta didoakan oleh Kaum Dluafa atau Anak Yatim itu disebut juga bertawasul. Siapa tahu Doa Anak anak Yatim atau Kaum Dluafa lebih dikabul oleh Allah swt. Lebih disayangi Allah swt.
1. Minta didoakan oleh Kaum Dluafa atau Anak Yatim itu disebut juga bertawasul. Siapa tahu Doa Anak anak Yatim atau Kaum Dluafa lebih dikabul oleh Allah swt. Lebih disayangi Allah swt.
2. Pak Yanto memberikan uang itu bisa disebut bertawasul dengan memberikan uang. Dia memberikan “Pembunga” kepada makhluq Allah dan ini termasuk perbuatan baik.
***
Lanjut…..
Membuat Perantara (Wasilah / Tawasul) itu bisa dengan "Beramal Shaleh". Seperti dengan berbuat baik kepada manusia, memperbanyak amalan sunnah atau amalan mustahabbah.
Kenapa tidak bertawasul dengan Shadaqah Jariyah ? Bukankah itu adalah jalan menuju Allah ?
Kenapa tidak bertawasul dengan bertahajjud ? Bukankah itu jalan menuju Allah ?
Kenapa tidak bertawasul dengan membangun pesantren selagi masih diberi kemapanan? Bukankah itu Jalan untuk menuju Alllah swt ?
Ibadah yang prakteknya bisa apa saja. Yang penting beramal untuk "Jalan Menuju" Allah swt dan Diridlai. inilah yang dimaksud TAWASUL atau WASILAH.
Membuat Perantara (Wasilah / Tawasul) itu bisa dengan "Beramal Shaleh". Seperti dengan berbuat baik kepada manusia, memperbanyak amalan sunnah atau amalan mustahabbah.
Kenapa tidak bertawasul dengan Shadaqah Jariyah ? Bukankah itu adalah jalan menuju Allah ?
Kenapa tidak bertawasul dengan bertahajjud ? Bukankah itu jalan menuju Allah ?
Kenapa tidak bertawasul dengan membangun pesantren selagi masih diberi kemapanan? Bukankah itu Jalan untuk menuju Alllah swt ?
Ibadah yang prakteknya bisa apa saja. Yang penting beramal untuk "Jalan Menuju" Allah swt dan Diridlai. inilah yang dimaksud TAWASUL atau WASILAH.