Kata “Warits” ( الوارث ) isim Fa’il dari mashdar ‘Al Miirats” , berasal dari “ Waratsa – Yuuritsu – Irtsan “ ( ورث – يورث - ارثا ) yang berarti “berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain atau dari suatu kaum ke kaum lain”. yang dalam Istilah bisa didefinisikan sebagai “Berpindahnya hak milik dari mayit kepada Ahli waritsnya yang hidup, baik yang ditinggalkan itu berupa harta, kebun atau hak hak syariyah lainnya”.
Tirkah (Harta Pusaka)
Tirkah adalah apa yang ditinggalkan seseorang sesudah
matinya, baik berupa harta, hak hak maliyah atau ghayru maliyah. Apa saja yang
ditinggalkan seseorang sesudah matinya bisa disebut “Tirkah” baik mayat punya
hutang ataupun tidak.
***
Tidak selalu semua Ahli Warits itu berada dalam
derajat (peringkat) yang sama. Biasanya merea berada dalam martabat (peringkat)
yang berbeda beda. Oleh karena itu, Pembagian Warits harus didahulukan bagi
mereka yang harus didahulukan dan mengakhirkan bagi mereka yang harus
diakhirkan.
Berikut ini urutan peringkat yang harus didahulukan :
1
|
Ashhabul Furudl
|
Mereka adalah orang yang diberikan tirkah dengan
ketentuan yang sudah ditetapkan dalam Al Quran, As Sunnah dan Ijma’ Mereka
harus didahulukan dalam rumusan pembagiannya.
|
2
|
Ashabah Nasabiyah
|
Sesudah Ashhabul Furudl diberi bagiannya, baru
Ashabah Nasabiyah. Ashabah Nasabiyah adalah setiap orang yang berhak
mengambil sisa harta sesudah diambil Ashhabul Furudl.. Boleh seluruh harta bila
sendirian, seperti Anak Lk atau Cucu Lk dari Anak Lk, Saudara Lk Kandung,
Saudara Lk Sebapak atau Saudara Lk Seibu. ( Kalau sendirian)
|
3
|
Radd (Membagi
sisa)
|
Radd kepada Ashhabul Furudl menurut besar kecilnya
hak mereka , kecuali pada suami atau isteri. Oleh karena itu jika ada
kelebihan harta warits dan tidak ada ashabat, maka harus dibagikan pada
Ashhabul Furudl sesuai dengan hak masing masing.
Tentang Suami atau isteri tidak mendapatkan radd ini
karena mereka mendapatkan warits melalui sebab perkawinan (BUKAN
KEKERABATAN). Karena itulah, Kerabat dari Nasab lebih utama mendapatkan Radd.
|
4
|
Dzawul Arham
|
Mereka adalah Kerabat Kerabat mayat yang tidak
termasuk Ashhabul Furudl dan Ashabat, seperti :Saudara Lk dari Ibu, Saudara
Pr dari Ibu, Saudara Pr dari Bapak, Anak Lk dari Anak Pr, Anak Pr dari Anak
Pr dsb.
Jika si Mayit tidak meninggalkan Ashhabul Furudl dan
Ashabat , maka harta peninggalannya diambil peringkat ketiga ini.
|
5
|
Radd ke Suami /
Isteri
|
Bila tidak ada Ahli Warits sama sekali dari Tiga peringkat
di atas tersebut (Ashabul Furudl, Ashabat, dan Dzawul Arham).
Jika ada suami mati meninggalkan Istri saja (tidak
ada 3 golongan di atas), maka isteri mendapatan ¼ sebagai Furudl dan sisa
melalui Radd.
Begitu juga, jika seorang wanita mati meninggalkan
suami, maka suami saja (tidak ada tiga golongan di atas), maka si suami
mendapatkan ½ sebagai Furudl dan sisa melalui Radd.
|
6
|
Ashabat Sababiyah
|
Yaitu Budak yang dimerdekakan (Lk / Pr). Sekarang
Tidak ada
|
7
|
Orang Yang Diwasiyati
|
Sekalipun orang yang diwasiyati itu mendapatkan
warisan seluruhnya, tetapi orang itu hanya berhak mendapatkan 1/3 bagian
saja.
|
8
|
Baytul Maal
|
Apabila tidak ada Ahli
Warits seperti yang disebutkan di atas
|
1
|
Muwarits
|
Orang yang memberi Warits, orang yang meninggal
|
2
|
Warits
|
Penerima Warits
|
3
|
Mawruts
|
Benda yang diwaritskan
|
Kakek.
Kakek jauh
|
Dihijab
Dihijab
|
Bapak
Kakek Dekat
|
Saudara Lk Kandung
|
Dihijab
|
Bapak dan Keturunan (Anak Lk atau Cucu Lk
dari Anak Lk)
|
Saudara Lk Sebapak
|
Dihijab
|
Saudara Lk Kandung, serta Saudara Pr Kandung
yang menjadi Ashabah Ma’al Ghayr
|
Saudara Lk
Seibu
|
Dihijab
|
Ushul (orang tua Lk ke atas) dan Keturunannya
|
Cucu Lk dari Anak Lk
|
Dihijab
|
Anak Lk. Demikian jg setiap Anak Lk dari Anak
Lk akan dihijab oleh orang yang lebih dekat daripada dirinya
|
Anak Lk dari Saudara Lk Kandung (Kponakan)
|
Dihijab
|
Bapak, Kakek, Anak Lk, Anak Lk dari Anak Lk,
Saudara Lk Kandung dan Saudara Lk Sebapak
|
Anak Lk dari Saudara Lk Sebapak (Kponakan)
|
Dihijab
|
Orang yang dihijab oleh Anak Lk dari Saudara
Lk Kandung (Kponakan) ditambah Anak Lk dari Saudara Lk Kandung
|
Paman (Saudara Bapak) Sekandung
|
Dihijab
|
Anak Lk dari Saudara Lk Sebapak dan Orang
orang yang dihijab Anak Lk dari Saudara Lk Sebapak
|
Paman (Saudara Bapak) Sebapak
|
Dihijab
|
Paman Sekandung ditambah orang orang yang
dihijab orang yang dihijab oleh Paman Sekandung
|
Anak Lk dari Paman Sekandung
|
Dihijab
|
Paman Sebapak dan Orang orang yang Dihijab
Paman Sebapak
|
Anak Lk dari Paman Sebapak
|
Dihijab
|
Anak Lk dari Paman Sekandung dan Orang orang
yang dihijab oleh Anak Lk dari Paman Sekandung
|
Nenek ( dari Bapak atau Ibu)
|
Dihijab
|
Ibu dalam segala keadaan
|
Anak Pr dari Anak Lk
|
Dihijab
|
Anak Lk, 2 orang atau lebih dari Anak Pr kecuali ada mua’ashib (Org yang
menjadikannya Ashabah)
|
Saudara Pr Kandung
|
Dihijab
|
Bapak dan Keturunan yang mewaritsi (Anak Lk, Cucu Lk dari Anak Lk sampai ke
bawah)
|
Saudara Pr Sebapak
|
Dihijab
|
Saudara Pr Kandung (menjadi Ashabah Ma’al
Ghayr). Dijab Bapak dan Keturunan yang
mewaris, dan 2 Saudara Pr Kandung (jika untuk menyempurnakan 2/3), jika ada
mu’ashib
|
Saudara Pr Seibu
|
Dihijab
|
Ushul dan Keturunan yang mewaritsi ( Lk atau
Pr)
|
Isteri
|
1/8
|
3/24
|
Bapak
|
1/6
|
4/24
|
Seluruh Anak
|
Sisa
|
17/24
|
2 Sdr Lk Kandung
|
Terhijab
|
|
1 Sdr
Pr Kandung
|
Terhijab
|
Isteri
|
1/8
|
39/312
|
|
Bapak
|
1/6
|
52/312
|
|
3 Anak Pr
|
17/24
|
3/13 x 17/24
|
51/312
|
5 Anak Lk
|
10/13 x 17/24
|
170/312
|