بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على أشراف الأنبياء والمرسلين محمد ابن عبد الله أشهد أن لا إله إلاالله وأشهد أن محمدا رسول الله
اما بعد : أوصيني بتقواالله وأوصيكم كما أمرالله
Muqaddimah
Alhamdulillah, masih diberi kesempatan untuk menulis.
Sesungguhnya manusia itu diciptakan dalam keadaan dlaif (lemah) dan bodoh (jahula). Ini merupakan sifat dasar (fithrah) dari manusia di dunia. LEMAH (tak berdaya / tak punya kekuatan) dan BODOH.
Tiada Daya dan Upaya yang bisa dilakukan oleh makhluq di dunia ini, KECUALI hanya dengan idzin Allah swt. Apa yang sudah dilakukan manusia hanya sebagai SEBAB saja. Yang menentukan hasil adalah Allah swt. Segala macam cara yang dilakukan manusia untuk mengajak ke kebaikan, keberhasilannya akan ditentukan oleh Allah swt.
Setinggi apapun manusia berpengatahuan, tetap tidak akan mampu menjaga dirinya sendiri dari kesesatan. Sebagaimana keberadaan Adam as sebagai Bapak Manusia ( baik ketika masih di sorga ataupun setelah turun di alam dunia). Dia sudah diberi ilmu (pengetahuan) oleh Allah. Dan Malaikat pun mengakuinya. Para Malaikat saja tak mampu memenuhi tantangan “adu Ilmu”. Tapi, walau Adam as sudah diberi ilmu, beliau ( beserta istrinya ) masih bisa digoda dan digelincirkan oleh Iblis, sehingga beliau disuruh keluar dari sorga. (QS. Al Baqarah:31-32) .
Karena itulah, untuk mengambil “JALAN SELAMAT” manusia diperintah oleh Allah untuk selalu memohon dan mencari (berbuat) menyongsong HIDAYAH (petunjuk). Hal ini harus dilakukan manusia minimal 17 kali permohonan setiap hari. Dan ini WAJIB.
ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus
(QS. Al Fatihah:6)
Tanpa Hidayah dari Allah, manusia tak akan menjadi orang benar, baik dan lurus. Kecerdasan., Kepandaian dan Kepintaran manusia TIDAK MENJAMIN hidup dengan benar dan TIDAK MENJAMIN terbebasnya orang itu dari kesesatan dan penyesatan. Peristiwa Adam as dikeluarkan dari sorga adalah menjadi bukti akan perlunya hidayah dan taat kepada Allah daripada ilmu.
Dalam Muqaddimah ini, sengaja penulis mengingatkan bahwa zaman yang sudah dipenuhi teknologi dan sains modern tidaklah serta merta manusia memahami makna kebenaran dan kebaikan. Saat manusia sudah membanggakan diri dengan capaian sains, apakah ia sudah bertanya pada diri sendiri...Apakah si diri ini sudah menjadi Hamba Allah ?. Jika memang sudah siap menjadi Hamba Allah, maka ambillah Aturan Allah dengan utuh. Jangan hanya mengambil yang menyenangkan hawa nafsu dan membuang yang tak menyenangkan hawa nafsu. Atau mengambil sebagian dan membuang sebagian lainnya demi hasrat dan keinginan hawa nafsu.
Dalam tulisan ini, Al Faqir mengajak Anda dan kita untuk menyongsong hidayah dan bermunajah agar Allah swt berkenan menuntun kita berjalan di JALAN YANG LURUS. Amiiin.